REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Persoalan stunting atau kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis di khususnya di Jawa Tengah masih tinggi. Oleh karena itu, Pimpinan Pusat (PP) Fatayat NU bersama Direktorat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menggelar kelas ibu sadar stunting untuk para kadernya. Hadir pula Ketua Umum PP Fatayat NU Anggia Ermarini.
Ketua PW Fatayat NU Jateng, Tazkiyyatul Muthmainnah menyebut, program ini sementara baru digelar untuk dua Kabupaten di Jateng yakni Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Purbalingga. Fatayat NU Jateng, kata Iin sapaan akrabnya, akan terus mengawal pelaksanaan program ini hingga tingkat ranting atau desa. Selain itu, juga akan dilakukan diseminasi ke 20 kabupaten/kota lainnya.
Iin menilai, program ini sangat tepat ditujukan untuk kader Fatayat NU. Karena, mayoritas anggotanya saat ini masih dalam usia produktif yakni usia kehamilan, pengasuhan bayi dan anak.
"Kami berharap Fatayat NU dapat ikut berkontribusi untuk menurunkan angka stunting," harap Iin dalam Kegiatan Orientasi Kader Fatayat NU dalam Germas untuk Pencegahan Stunting dalam siaran persnya, Sabtu (17/8).
Ketua Umum PP Fatayat NU, Anggia Ermarini menyebut, berbagai upaya pencegahan stunting terus dilakukan. Misalnya dengan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya asupan gizi seimbang, cara memasak yang benar, pola asuh, penggunaan sanitasi, dan semua pola hidup sehat.
Pihaknya telah membentuk Barisan Nasional (Barnas) Fatayat NU Cegah Stunting yang tersebar di 34 provinsi. Barnas yang dibentuk pada 2017 itu merupakan realisasi dan komitmen Fatayat NU untuk mencegah stunting.
"Mereka bertugas melakukan sosialisasi kepada masyarakat melalui berbagai forum. Kader Barnas memasukkan isu stunting ke dalam pembahasan agar masyarakat terbiasa dengan istilah itu," kata Anggi.
Yang membahagiakan lagi, menurut Anggia, masalah pencegahan stunting masuk dalam rekomendasi Munas Alim Ulama PBNU tahun 2018. Artinya, Nahdlatul Ulama menaruh perhatian yang serius terhadap masa depan anak-anak Indonesia. Untuk mendukung itu Fatayat NU menerbitkan sebuah buku yang bertajuk Pencegahan Stunting Dalam Perspektif Islam.
Kabid Kesmas Dinkes Jateng, Wahyu Setyaningsih dalam sambutannya menyampaikan, Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) yang terus digalakkan masih belum sebanding dengan angka penurunan stunting. Data Riskesdas 2018 tercatat, angka stuntng di Indonesia sebesar 30 persen. Artinya, sekitar 9,1 juta anak Indonesia masih terkena stunting atau tiga dari 10 anak mengalami stunting.
"Penting untuk membangun wawasan tentang kesehatan. Hal itu guna meningkatkan kesadaran masyarakat untuk hidup sehat agar mencapai derajat kesehatan yang tinggi," ujar Wahyu Setyaningsih.
Sistem yang telah dibangun, kata dia, harus dikelola dengan baik. Penyakit tidak menular bisa dicegah. Namun demikian, ada faktor risiko yang tidak bisa dikendalikan seperti umur, penyakit yang disebabkan oleh faktor genetik (keturunan), dan jenis kelamin. Untuk mengatasinya, diperlukan pola hidup sehat. Antara lain dengan meningkatkan intensitas aktivitas fisik, kemudian menjaga pola makanan yang sehat, serta melakukan cek kesehatan secara rutin.
Sebagai informasi, sekitar 100 kader Fatayat NU dari Kabupaten Banyumas dan Purbalingga mengikuti kegiatan orientasi kader Fatayat NU dalam GERMAS untuk pencegahan stunting. Setelah mengikuti orientasi ini kader Fatayat bekerjasama dengan Dinas Kesehatan setempat akan memgadakan kegiatan kelas ibu sadar stunting. Sasaran dari kelas ibu ini adalah remaja, ibu hamil, ibu menyusui/dengan balita dan keluarga.
"Tujuannya tentu untuk menyadarkan masyarakat akan resiko stunting maka stunting memang wajib dicegah" pungkas Anggia.