REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: M Mahbubi Ali
''Sejak kapan kamu memperbudak manusia, padahal mereka dilahirkan oleh ibunya dalam keadaan merdeka.'' Ucapan populer Khalifah Umar bin Khathab kepada Umar bin Ash ini menunjukkan keberpihakan Islam terhadap hak kemerdekaan manusia dari semua aspek.
Namun, Islam memandang kemerdekaan manusia bukan kebebasan tanpa batas. Kemerdekaan sejati dalam Islam adalah ketundukan total kepada kuasa Ilahi dan melepaskan diri dari jeratan nafsu.
Ketika seorang Muslim terbebas dari seluruh belenggu setan dan hawa nafsu, lalu mengembalikan seluruhnya kepada aturan Allah, di sanalah ia sebenarnya mendapatkan kemerdekaannya.
Kemerdekaan seperti itulah yang akan melahirkan kekuatan mahadahsyat. Dengan kemerdekaan seperti ini, dua imperium besar, Persia dan Romawi, ditundukkan di awal sejarah Islam.
Ketika perang Qadisiyah, Sa'ad bin Abi Waqqash memerintahkan Rabi' bin Amir untuk menghadap Rustum, panglima perang Persia. Rustum bertanya kepada Rabi' tentang tujuan kedatangan pasukan Islam ke wilayahnya.
Dengan lantang Rabi' menjawab--suatu jawaban yang pantas dicatat dengan tinta emas sejarah: ''Kami datang untuk membebaskan manusia dari penghambaan terhadap sesamanya kepada penghambaan kepada Allah Yang Maha Esa dan Perkasa. Dari dunia yang sempit menuju dunia yang luas serta dari kesewenang-wenangan agama kepada keadilan Islam.''
Rasulullah SAW mengatakan, musuh yang paling besar dan berat untuk dihadapi adalah melawan hawa nafsu.
Ketika Rasulullah kembali dari salah satu peperangannya, beliau bersabda: ''Kalian telah tampil ke depan dengan cara terbaik. Untuk tampil ke depan, kalian telah kembali dari jihad yang lebih kecil kepada jihad yang lebih besar.''
Mereka bertanya, ''Dan, apakah jihad yang lebih besar itu?''
Nabi Muhammad SAW menjawab, ''Perjuangan (mujahadat) hamba-hamba Allah atas hawa nafsu mereka.''
Orang yang mengikuti nafsu sebenarnya bukan hamba Allah, tetapi budak nafsu. Sebab, tidak mungkin seseorang melayani dua majikan. Dengan demikian, pembebasan diri dari perbudakan nafsu adalah kemenangan dan kemerdekaan terbesar.
Jika konsep kemerdekaan seperti ini terpatri dalam jiwa umat Islam, tidak akan ada lagi bentuk-bentuk penjajahan implisit. Penjajahan yang kulitnya menawarkan kemakmuran, padahal aslinya menghancurkan sisi kemanusiaan. Wallahu a'lam bish shawab.