REPUBLIKA.CO.ID, SENDAWAR -- Muhammad Taufik bingung. Dai Tangguh ini dapat tugas menyalurkan sapi kurban dari Laznas Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Tiga ekor lagi. Bukan hewan kurban itu sebenarnya yang membuatnya pusing, melainkan tempat pembelian hewan kurban. Pasalnya, dai yang sudah berdakwah di pedalaman Mahakam Ulu sekitar empat tahun ini harus membeli sapi di Melak dan Tering, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur. Untung saja Taufik ditemani oleh amil BMH Kaltim, Jamal.
Jarak dari Mahulu ke dua kecamatan itu tidak dekat. Jika lewat darat dan hanya menggunakan truk mungkin biasa. Ini tidak. Selain mobil, perjalanan juga harus menggunakan kapal fery untuk menyebrangkan kendaraan motor dan mobil. Waktunya tidak sebentar. Perjalanan yang dibutuhkan dua hari satu malam.
"Perjuangan membeli hewan kurban sangat sulit, dan melelahkan," tutur Taufik melalui rilis yang diterima Republika.co.id, Kamis (15/8).
Hewan kurban menempuh perjalanan dua hari 1 malam untuk tiba di pedalaman Kutai Barat.
Kata Taufik, setidaknya ada 283 warga yang mendapatkan jatah daging kurban. Jumlah itu tersebar ke beberapa daerah di atas yang beragam Islam dan tergolong minoritas di daerah tersebut. Sedangkan jumlah dagingnya berbeda-beda. Ada yang dapat 2 kg, dan 1 kg.
Warga yang dapat daging kurban di antaranya Nasir, dan Udat. Selain daging, dua warga ini juga dapat kulit sapi. Kata Nasir, kulit itu akan diolah menjadi kuliner yang menggoyang lidah.
Nasir dan Udat berterima kasih kepada BMH yang telah menyalurkan hewan kurban ke daerahnya. Apalagi ini bukan pertama kalinya. Tiga tahun sebelumnya BMH juga telah menyalurkan hewan kurban ke daerah ini.
Dengan adanya hewan kurban itu, tidak hanya Nasir dan Udat, tapi juga masyarakat di Mahakam Ulu bisa merasakan lezatnya daging kurban. Selain pedalaman Mahakam Ulu, daerah terpencil seperti Kedang Ipil, Melak, dan Wahau juga dapat hewan kurban dari BMH.