Rabu 14 Aug 2019 04:04 WIB

Keutamaan Mempelajari dan Mengajarkan Alquran

Rasulullah menganjurkan agar senantiasa mempelajari, mengkaji, dan mengamalkan Alqura

Alquran
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Alquran

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rasulullah SAW selalu berpesan satu hal kepada rombongan-rombongan Badui yang datang dan memeluk agama Islam, serta kepada para sahabat. Muliakan kitab suci Alquran, demikian petunjuk Nabi. Dan ada tiga unsur utama yang perlu diperhatikan dalam rangka memuliakan kitabullah ini.

Yakni, membaca, mempelajari dan mengamalkan Alquran, dan itu semua sudah dicontohkan Nabi SAW.Tiada malam yang terlewatkan Rasulullah untuk membaca Alquran, beliau juga sangat senang menyelami makna-maknanya yang terberkati. Di kehidupan sehari-hari, seluruh ucapan maupun aktivitas Nabi senantiasa sesuai tuntunan Alquran.

Kepada para sahabat, Rasulullah menganjurkan agar senantiasa mempelajari, mengkaji, serta mengamalkan Alquran. "Pelajarilah oleh kalian Alquran, dan kajilah dia, karena Alquran bagi yang memelajarinya bagaikan wadah yang berisi penuh kesturi, harum semerbak memenuhi tempat sekelilingnya," demikian sabda Nabi SAW.

Implementasi seruan itu dilaksanakan dalam Majelis Rasulullah, yang kemudian menjadi pusat menyebarluaskan ilmu dan ajaran agama. Dalam majelis ini, Rasulullah memimpin tadarus sekaligus mengontrol dan memperbaiki bacaan para sahabat. Nabi SAW juga menafsirkan dan menerangkan arti ayat-ayat Alquran kepada para sahabat.

Sejak dini

Inilah petunjuk dan pedoman bagi umat manusia guna mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Tiada kepalsuan dalam Alquran, yang adalah kalam (perkataan) Allah SWT yang diwahyukan kepada Rasulullah.

Alquran juga sumber segala ilmu pengetahuan. Sehingga dengan isi kandungannya, umat Muslim sepanjang zaman dapat memelajari keajaiban alam semesta untuk dimanfaatkan bagi kemaslahatan manusia.

"Tiadalah kami alpakan suatu apa pun dalam al-Kitab." (QS al-An'am [6]:38).

Nah, dengan keutamaan itu, tidaklah mungkin bagi seorang Muslim untuk mengabaikan Alquran, enggan membaca maupun merefleksikan makna-maknanya. Nabi pun mengibaratkan orang yang tidak membaca Alquran seperti buah kurma yang tidak memiliki bau namun rasanya manis.

Padahal, seperti diuraikan Dr Muhammad Ali al Hasyimi dalam bukunya Hidup Saleh dengan Nilai-nilai Spiritual Islam, makna Alquran yang mengaliri jiwa seseorang, akan mampu membersihkan dan memurnikan hati, untuk selanjutnya menambah kebijaksanaan serta keimanan.

Tak hanya itu, Rasulullah juga selalu menekankan agar umat yang telah mengerti Alquran, dapat mengajarkan membaca kitab suci ini kepada orang  lain, seperti berlangsung dalam Majelis Rasulullah tadi.

Pembelajaran sebaiknya diberikan semenjak dini kepada anak-anak. Nabi SAW bersabda, "Siapa yang mengajarkan membaca Alquran kepada anaknya akan diampuni dosanya, dan barangsiapa yang mengajarkannya dengan hafalan di luar kepala, maka Allah akan membangkitkannya kelak di hari kiamat dengan wajah seperti bulan purnama." (HR Thabrani, Anas)

Ada alasan khusus mengapa Nabi menegaskan hal tersebut. Dengan sejak dini anak-anak dikenalkan kepada Alquran, diharapkan tumbuh kepercayaan terhadap Allah SWT sebagai tuhannya dan Alquran adalah firman-Nya. Keyakinan yang tertanam sejak kecil akan terpatri hingga remaja dan masa dewasanya serta meneguhkan akidah.

Ini dipertegas oleh Ibnu Khaldun, sosiolog Muslim terkemuka. Menurutnya, mengajarkan Alquran kepada anak-anak adalah lambang Islam. Ini bertujuan untuk meresapkan iman dan meneguhkan akhlak melalui ayat-ayat sucinya dalam hati yang masih kosong dan bersih.

Memelajari dan mengajarkan Alquran adalah suatu kewajiban serta tanggung jawab seorang Muslim terhadap kitab sucinya. Tidak ada yang lebih mulia di hadapan Allah SWT kecuali orang-orang yang mampu melaksanakan kedua hal tersebut. 

sumber : Mozaik Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement