Rabu 07 Aug 2019 17:43 WIB

Maham Anga, Membangun Khairul Manazil

Masjid Khairul Manazil berfungsi pula sebagai madrasah.

Oase (ilustrasi)
Foto: Wordpress.com
Oase (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Khairul Manazil. Demikian nama masjid yang dibangun Maham Anga. Perempuan ini sering pula disebut dengan nama Maham Begum. Ia berkesempatan mendirikan masjid di Delhi itu pada 1561 saat diberi wewenang sebagai wali kota di sana. Bangunan ini bukan hanya berfungsi sebagai masjid tetapi kemudian juga merupakan madrasah.

Penulis Ahmad Rahmani dalam artikelnya di  The Milli Gazette mengungkapkan, masjid ini tegak dengan batu bata yang direkatkan dengan kapur dan tidak menggunakan fondasi. Ada kubah di bagian belakang masjid. Pada tiga sisinya, terdapat ruangan dan berfungsi sebagai kamar untuk menginap para siswa yang belajar di madrasah.

Di sisi utara dan selatan masjid, terdapat bangunan dua lantai dengan sepuluh kamar. Sekarang ini, jelas Rahmani, beberapa kamar masih tegak berdiri tetapi sebagian lainnya hancur. Batu bata lepas di sana-sini. Dinding juga banyak yang kini rusak. Ribuan merpati juga telah memanfaatkan bangunan tua itu sebagai rumah mereka.

Sebuah insiden mengiringi sejarah masjid ini. Suatu hari, Akbar, penguasa Dinasti Mughal, setelah berburu menemui kenalannya, Nizamuddin Dargah.  Setelah kunjungan itu selesai, waktu ia melewati masjid, sebuah anak panah meluncur mengenai seorang tentara yang mengawal rombongan sang kaisar meski luka tersebut tidak parah.

Sejumlah pengawal segera bergerak dan akhirnya menangkap seorang budak berkulit hitam yang diyakini sebagai pelaku. Budak itu dinyatakan bertanggung jawab atas upaya pembunuhan kaisar. Maham Anga, bukan saja dikenang sebagai sosok yang berkontribusi besar bagi pembangunan Masjid Khairul Manazil. Ia bagian dari kehidupan Akbar.

Maham adalah ibu asuh Akbar. Ia sangat dekat dengan Akbar karena ketika kecil lebih banyak ditinggalkan ibuya, Hamida Banu Begum, yang selalu mendampingi suaminya, Humayun melakukan serangkaian ekspedisi dengan tujuan mengamankan kekuasannya yang dirongrong oleh kelompok perlawanan.

Bertahun-tahun, Akbar berada dalam asuhan Maham Anga. Dalam waktu bersamaan, Maham pun membesarkan anaknya sendiri Adham Khan. Tak heran jika  Akbar sangat menghormati dan mencintai Maham dan menariknya ke dalam lingkaran kekuasaan usai Akbar memegang kekuasaan yang diwarisi dari ayahnya, Humayun pada usianya yang ke-13 tahun.

Akbar memang masih sangat belia sebagai seorang pengendali pemerintahan.  Maka Maham mendampinginya dan menjadi penasihat politiknya.  Seorang jenderal bernama Bairam Khan, menjadi kekuatan pemerintahan tersebut. Maham berseberangan dengan Bairam dan mempengaruhi anak asuhnya mengurangi besarnya wewenang dalam genggaman Bairam.

Maham meminta Akbar untuk melakukan perjalanan ke Tanah Suci, menunaikan ibadah haji. Bairam mendengar kabar tersebut dan ingin mendengar langsung dari atasannya, Akbar. Sang jenderal menurut dan meninggalkan Delhi menuju Makkah. Di tengah perjalanan, pasukan Afghanistan yang pernah ditaklukan tentara Mughal menyerang Bairam dan rombongan hingga nyawanya melayang.

Pada 1560, Maham dipercaya sebagai walikota. Meski tak lama kemudian ia mengembuskan nafas terakhirnya. Sejumlah sejarawan menyatakan Maham mampun mengelola dengan baik wilayah yang dikuasainya. Masa ini disebut oleh mereka sebagai ''the Petticoat Government'' yang bermakna kelompok ibu asuhan.

Perspektif lain menggambarkan bahwa Maham mampu berkuasa tak opresif dibandingkan walikota sebelumnya. Dan daerah yang menjadi cakupan tanggung jawabnya, Delhi  mengalami kemajuan meski pada masa berikutnya, kondisinya lebih buruk setelah masa kekuasaan Maham. Di sisi lain, Adham Khan, saudara sepersusuan, Akbar pernah melakukan kesalahan fatal.

Namun Akbar memaafkan Adham Khan. Ia tetap menghormati keberadaan Adham karena mengingat kebaikan Maham yang mengasuhnya semasa kecil. Akbar membangun kompleks makam untuk Adham Khan dan di sana terbaring juga jasad Maham yang meninggal pada 1562. Makam yang dibangun Akbar itu disebut Makam Adham Khan dan sebutan lainnya adalah Bhul-bulaiyan, strukturnya berlabirin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement