REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kitab al-Tasrif merupakan buku bedah pertama yang tak sekadar menjadi referensi tindakan bedah, tapi juga mengembangkan semua aspek bedah dan berbagai cabang ilmu kedokteran, mulai dari penyakit telinga, hidung, tenggorokan, bedah kepala dan leher, bedah umum, kebidanan, sampai ginekologi (kandungan). Bahkan, bidang kedokteran militer, urologi, dan bedah ortopedi juga disertakan.
Spesifikasi keilmuan yang lengkap tadi membuat prestasi dan nama al-Zahrawi melambung di daratan Eropa. Mereka menganggap literatur medis Arab sebagai buku teks terkemuka di wilayah pemeluk Kristen di Barat.
Sosok al-Zahrawi tak hanya dikenal sebagai salah satu ahli bedah terbesar Islam abad pertengahan. Dia juga sebagai pendidik dan psikiater. Pada salah satu bagian dalam al-Tasrif, ia menuliskan sejumlah pandangannya tentang pendidikan anak dan perilaku, sopan santun, dan kurikulum sekolah.
Jauh nun di seberang Sungai Wadi Al-Kabir, di Calla Hurra Museum, sebuah peninggalan diabadikan untuk menghargai karya al-Zahrawi. Sebanyak 200 peralatan bedah direproduksi oleh Fuat Sezgin dan dipamerkan pada tahun 1992 di Museum Arkeologi Madrid, Spanyol.
Profesor Ahmed Dhieb dari Tunisia juga mempelajari instrumen bedah dan merekonstruksinya. Hasilnya ditampilkan dalam kongres internasional untuk sejarah kedokteran ke-36 di Tunis, Tunisia. Dalam pameran ini, semua instrumen bedah al-Zahrawi digambarkan secara perinci dalam tiga bahasa: Arab, Prancis, dan Inggris.