REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di jagat kedokteran, nama Abu al-Qasim al-Zahrawi tertulis dengan tinta emas. Dialah ahli bedah brilian yang berasal dari dunia Islam.
Salah satu karyanya, yakni ensiklopedia kedokteran (al-Tasrif li-Man ‘Ajaza’ al-Ta’lif) menjadi rujukan penting di hampir semua fakultas kedokteran di Eropa selama lebih dari 500 tahun.
Al-Zahrawi yang dikenal juga dengan nama Latin, Albucasis, lahir di Madinah Al-Zahra, dekat Cordoba, pada tahun 936, dan wafat pada tahun 1013. Tokoh yang pernah menetap lama di Spanyol ini dikenang sebagai salah satu ahli bedah terbesar pada zamannya. Pada saat hampir bersamaan, muncul pula para ilmuwan Muslim yang menggeluti bidang kedokteran, seperti al-Razi dan Ibnu Sina.
Tak sedikit penulis ilmu bedah di abad ke-12 dan ke-16 yang mengutip pemikiran al-Zahrawi. Mereka di antaranya Roger dari Salerno, Guglielmo Salicefte, Lanfranchi, Henri de Mondeville, Mondinus Bologna, Bruno Calabria, Guy de Chaulliac, Valescus dari Taranta, Nicholas dari Florence, dan Leonardo da Bertapagatie Padua.
Serefeddin Sabuncuoglu (1385-1468), dokter bedah yang tinggal di Amasia, Anatolia, termasuk salah satu pakar yang mendapat banyak kontribusi dari karya al-Zahrawi. Dalam bukunya Cerrahiye-tu l-Hanniyye, dia banyak mengutip al-Tasrif selain menuliskan pengalamannya sendiri.
Sementara penulis Inggris, William Hunter (1717-1783) diketahui menggunakan naskah Arab untuk mempelajari Aneurisma. Ternyata, dalam biografinya, William Hunter juga menggunakan referensi dari sebuah naskah berbahasa Arab karya al-Zahrawi, yakni al-Tasrif yang diperoleh dari Aleppo, Suriah.
Manuskrip medis tertua di Inggris yang ditulis sekitar tahun 1250, menurut The British Medical Journal, juga memiliki kemiripan yang mengejutkan dengan karya al-Zahrawi.