Selasa 06 Aug 2019 19:38 WIB

Mbah Moen, Kader Fikih, dan Urgensi Tularkan Ilmu

Mbah Moen memiliki komitmen tinggi mencetak para kader fikih.

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Umat muslim mengangkat jenazah KH Maimun Zubair (Mbah Moen) seusai dimandikan di Masjid Muhajirin Khalidiyah, Mekkah, Selasa (6/8/2019).
Foto: Antara/Hanni Sofia
Umat muslim mengangkat jenazah KH Maimun Zubair (Mbah Moen) seusai dimandikan di Masjid Muhajirin Khalidiyah, Mekkah, Selasa (6/8/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dua pengasuh pondok terkemuka yaitu Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo, KHR As'ad Syamsul Arifin dan Pesantren al-Anwar, Sarang, Rembang KH Maimun Zubair (Maimoen Zubair) atau Mbah Moen sama-sama berjuang untuk melahirkan kader-kader ahli fikih di Indonesia. Kedua ulama kharismatik NU itu pernah terlibat dalam upaya pendirian Ma'had Aly di Indonesia, sebuah lembaga pendidikan pencetak kader fikih.   

Katib Ma'had Aly PP Salafiyah Syafi'iyah Situbondo, KH Muhyiddin Khotib, mengatakan Mbah Moen dan Kiai As'ad saat itu memiliki hubungan yang sangat erat. "Saya melihat Mbah Moen ikut terlibat dari awal bersama Kiai Asad membidangi pendirian Ma'had Aly Situbondo," ujar Kiai Muhyiddin saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (6/8).  

Baca Juga

Santri Kiai As'ad ini mengatakan, sampai akhir hidupnya Mbah Moen juga masih tercatat sebagai dosen muhadhir di Ma'had Aly Situbondo. Menurut dia, Mbah Moen biasanya memberikan kuliah umum kepada santri-santri yang ingin mendalami ilmu fikih. "Sampai sekarang beliau tercatat dosen muhadhir istilahnya, atau yang memberikan semacam stadium general terhadap santri," ucapnya.   

Bahkan, kata dia, belum lama ini Mbah Moen sempat menerima silaturrahim santri-santri Ma'had Aly Putri Situbondo ke Pondok Pesantren Al-Anwar Rembang, pesantren yang diasuh Mbah Moen. 

Dalam pertemuan tersebut, menurut dia, Mbah Moen memberikan apresiasi yang sangat besar terhadap santri Ma'had Aly Situbondo. "Beliau itu supportnya sangat tinggi terhadap pendidikan Ma'had Aly di Indonesia, khususnya yang saya rasa di Situbondo dan beliau berkali-kali datang ke sini memberikan kuliah kepada santri," kata Kiai Muhyiddin.  

Menurut dia, Mbah Moen memiliki semangat yang sangat besar dalam mengajarkan ilmu agama kepada generasi muda. Secara pribadi, Kiai Muhyiddin pun pernah meminta izin kepada Mbah Moen untuk masuk tarekat, tapi Mbah Moen justru menyarankan untuk tetap mengajarkan agama Islam saja. 

"Kata beliau gak usah (masuk tarekat), karena menurut beliau tarekat yang paling unggul itu adalah taklim, mengajarkan kitab. Menurut beliau mewariskan ilmu Rasul itu paling utama. Jadi membuat kader yang ahli atau yang tahu tentang agama itu merupakan tarekat yang paling tinggi," jelas Kiai Muhyiddin.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement