Selasa 06 Aug 2019 11:30 WIB

Mbah Moen Diketahui Punya Riwayat Penyakit Gula

Sekjen PBNU memeroleh kabar, almarhum Mbah Moen memiliki riwayat penyakit gula

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Hasanul Rizqa
Petugas haji sedang mempersiapkan tempat untuk shalat jenazah almarhum KH Maimoen Zubair di Lantai I Kantor Urusan Haji Indonesia Daker Makkah, Arab Saudi, Selasa (6/8).
Foto: Republika/Muhammad Hafil
Petugas haji sedang mempersiapkan tempat untuk shalat jenazah almarhum KH Maimoen Zubair di Lantai I Kantor Urusan Haji Indonesia Daker Makkah, Arab Saudi, Selasa (6/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- KH Maimoen Zubair diketahui pernah memiliki riwayat sakit diabetes. Hal itu diungkapkan Sekjen Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU), Helmy Faishal.

Menurut dia, penyakit gula ialah satu-satunya riwayat penyakit yang dia ketahui pernah ada pada diri Mbah Moen--sapaan akrab almarhum Kiai Maimoen Zubair. Akan tetapi, informasi ini dia peroleh dari obrolan lisan, belum berdasarkan pembacaan atas suatu pemeriksaan medis yang mendalam.

Baca Juga

“Saya pernah ngobrol dengan beliau (Mbah Moen) kalau beliau punya penyakit gula,” ujar Helmy Faishal kepada Republika.co.id, Selasa (6/8).

Helmy membenarkan kabar wafatnya sesepuh Nahdatul Ulama (NU), KH Maimoen Zubair. Mbah Moen menghembuskan napas terakhir di Tanah Suci, Makkah, pukul 04.15 waktu setempat. Saat itu, almarhum sedang menjalani rangkaian ibadah haji.

Saat ini, Staf Khusus Presiden Bidang Keagamaan, Abdul Rozin, beserta keluarga sedang mengurus jasad almarhum.

KH Maimoen Zubair lahir di Rembang pada Kamis Sya’ban 1347 H atau 28 Oktober 1928 Masehi. Hingga akhir hayatnya, dia dikenang sebagai seorang ulama kharismatik.

Ayahnya juga seorang ulama yang disegani, yakni Kiai Zubair. Mbah Moen mengawali pendidikannya pada masa perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia.

Awalnya, dia belajar pada KH Abdul Karim. Tidak berhenti di sana, ia melanjutkan pendidikan ke Makkah saat usianya baru sekitar 20 tahun.

Begitu kembali ke Tanah Air, dia mendirikan pondok pesantren di tempat kelahirannya, Sarang, Rembang, Jawa tengah, pada 1965. Lembaga ini akhirnya menjelma jadi Pondok Pesantren Al-Anwar.

Dalam perjalanan hidupnya, Mbah Moen sempat menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) di Kabupaten Rembang selama tujuh tahun. Kemudian, ia diangkat menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) utusan Jawa Tengah selama kurang lebih tiga periode. Di ranah politik nasional, dia berperan sebagai tokoh sentral Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement