REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah masjid dan kompleks permakaman di Pulau Kos, Laut Aegean, Yunani, masih terbengkalai. Semua itu belum juga diperbaiki pascagempa yang mengguncang wilayah tersebut pada 2017.
Asosiasi Budaya dan Solidaritas Turki bahkan menyebut, semua bangunan masjid dan area permakaman Muslim runtuh atau masih ditutup. Mereka pun mendesak agar Pemerintah Yunani lebih bisa menghormati kebebasan beragama, di samping menghargai warisan kebudayaan etnis Turki.
Presiden Asosiasi Budaya dan Solidaritas Turki, Mustafa Kaymakci mengatakan, hingga saat ini baru Masjid Aljazair Gazi Hasan Pasha yang telah diperbaiki pasca gempa 6,6 skala richter pada 2017 lalu.
Masjid itu berada di Platani, dekat Kota Kos. Bangunan tersebut menjadi tempat ibadah bagi sekitar dua ribu Muslimin keturunan Turki. Kaymakci mengatakan, terdapat toko-toko di area masjid ini yang dikelola Yayasan Kos Muslim.
Di luar wilayah Platani, masih banyak masjid lainnya yang mengalami kerusakan parah. Namun, pemerintah kota setempat belum memberi izin terkait perbaikan dan normalisasi fungsi masjid-masjid itu untuk ibadah umat Islam di Yunani.
“Masjid, makam di Pulau Kosa terabaikan dan hampir semuanya hancur,” kata Kaymakci seperti dilansir Daily Sabah, Selasa (6/8).
Berada 5 kilometer dari dataran Turki, Pulau Kos sempat berada di bawah kekuasaan Kesultanan Utsmaniyah pada 1523-1911. Namun setelah Perang Dunia II, tepatnya pada 1947, pulau-pulau itu termasuk ke dalam wilayah kedaulatan Yunani.