Selasa 06 Aug 2019 05:05 WIB

Kim Eun Soo Perangai Mulia Menuntunnya untuk Berislam

Meski orang tua memprotesnya, dia tetap mempertahankan keislamannya.

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Mualaf
Foto:

Setelah mempelajari Islam, Karam pergi ke masjid di Seoul. Dia kemudian memberitahukan kepada imam masjid tentang keinginannya. Imam masjid Seoul memintanya untuk mengucapkan syhadat dengan bahasa arab.

"Imam tersebut membimbing saya untuk mengucapkan syahadat, saya menyatakan iman saya dengan mengatakan dua kalimat syahadat,"tutur dia.

Setelah bersyahadat, dia resmi menjadi seorang Muslim. Namun, ada rasa tidak biasa setelah bersyahadat, dia merasa telah menjadi suci kembali. Ini merupakan momen terpenting dan berharga baginya. Dia menerima Islam dan mendapatkan kehidupan baru karena dosa-dosa sebelum nya telah diampuni.

Ketika menjadi mualaf, Allah akan mengampuni dosa-dosa yang telah lalu. Karam juga meyakini menjadi Muslim telah memiliki tiket untuk masuk surga. Ketika telah mencapai pintu surga, kita membutuhkan kunci untuk membukanya, syahadat merupakan kunci tersebut.

"Jadi, saya memutuskan utnuk menjalani hidup saya sebagai seorang Muslim dan tidak ingin kehilangan kunci tersebut," ujar dia.

Setelah menjadi Muslim, banyak hal telah berubah. Awalnya dia berusaha untuk setia dalam hidup, tetapi sebelum memeluk Islam dia merasakan perasaan kosong di hatinya.

Rasa kosong dan khawatir selalu menghantuinya. Setelah menjadi Muslim, dia menjadi sadar akan tujuan hidup yang tak diketaui sebelumnya.

Dia menyadari, menyembah tuhan dan mengikuti perintah-Nya adalah alasan seorang manusia berada di dunia. Karena telah mengetahui tujuan dan cara hidup, Karam dapat mengikuti jalan yang benar untuk menjadi orang yang yakin pada hidup.

"Saat itu saya merasa berada dalam kegelapan, di kamar kosong. Anda harus keluar dari ruangan ini, tetapi ada banyak kendala yang harus dihadapi, jadi kamu tersesat, lalu tiba-tiba cahaya memancar dan semuanya mulai jernih, kemudian melihat rintangan di depan Anda, tetapi akhirnya temukan jalan keluar," jelas dia.

Di masa lalu dia tidak yakin apa tujuan hidupnya. Namun, penerimaan dia terhadap islam membawanya ke jalan yang jelas menuju hidup.

Dia menyarankan untuk percaya pada jalan yang menuntun pada kehidupan. Saat ini dia merasa hidup dengan bahagia karena dia paham untuk menjalani kehidupan dengan baik.

Sebelumnya, dia terus merasa khawatir tentang apa yang harus dilakukan untuk menjadi bahagia. Namun, pada akhirnya dia bisa menyingkirkan kecemasan ini de ngan menemukan kedamaian dan kebahagiaan.

Di Korea, orang tua meyakini bahwa tujuan hidupnya adalah melihat kesuksesan anak-anaknya, membesarkan, mendidik hingga universitas kemudian menikah, tetapi setelahnya pasti mereka merasa hampa dalam hidupnya.

Namun, Karam menyadari tujuan hidup adalah menyembah Tuhan, sehingga dia akan hidup pada tujuan ini hingga akhir hayatnya demi kebahagiaan abadi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement