Senin 05 Aug 2019 19:38 WIB

Jelang Idul Adha, Purwakarta Waspadai Antraks

Di Purwakarta pernah terjadi riwayat persebaran antraks pada 1999 silam

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Hasanul Rizqa
Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Purwakarta, Sri Wuryasturati, saat memeriksa hewan menjelang idul adha di Pasar Hewan Ciwareng, Senin (5/8).
Foto: Republika/Ita Nina Winarsih
Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Purwakarta, Sri Wuryasturati, saat memeriksa hewan menjelang idul adha di Pasar Hewan Ciwareng, Senin (5/8).

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Purwakarta, mewaspadai penyakit antraks hewan kurban. Pasalnya, wilayah ini menjadi perlintasan lalu lintas distribusi hewan untuk kebutuhan kurban di Jawa. Apalagi, Purwakarta memiliki pasar hewan terbesar di Jawa Barat. Setiap pekannya, sedikitnya 900 ekor sapi ditransaksikan di pasar tersebut. Hal itu disampaikan Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Purwakarta, Sri Wuryasturati.

"Apalagi, Purwakarta pernah punya riwayat antraks pada 1999 lalu, yang melanda hewan burung unta," ujar Sri, saat melakukan pemeriksaan hewan kurban di Pasar Hewan Ciwareng, Senin (5/8).

Baca Juga

Karena sebagai daerah lintasan, pihaknya meningkatkan kewaspadaan menjelang Idul Adha. Adapun hewan ternak yang ada di pasar ini, terutama sapi, berasal dari Jateng, Jatim dan Sumatera.

Pada hari ini, pihaknya menerjunkan 79 personel yang dibantu 10 dokter hewan dari persatuan dokter hewan Indonesia (PDHI) untuk memeriksa hewan ternak yang dijual pedagang. Tak hanya di Pasar Hewan Ciwareng, tim ini akan menyisir lokasi-lokasi penjualan hewan kurban.

Adapun pemeriksaannya, meliputi mata, bulu, sampai lubang-lubang yang dimiliki hewan tersebut. Jika ada tanda-tanda fisik bahwa hewan tersebut sakit, maka pihaknya akan segera membawa ke laboratorium. Namun, bila ditemukan juga hewan yang sakitnya cukup parah, maka akan di bawa ke laboratorium hewan yang alatnya lengkap, di Lembang.

"Jadi, menjelang Idul Adha ini, kita benar-benar ekstra waspada. Supaya, hewan yang akan dikurbankan oleh masyarakat ini, terjamin kesehatanya dan sudah memenuhi syarat hewan yang bisa dikurbankan," ujarnya.

Adapun hewan yang telah diperiksa, lanjut Sri, akan dipasang dengan label sehat. Untuk itu, pihaknya menghimbau kepada warga, supaya membeli hewan kurban yang ada label sehat yang dikeluarkan oleh instansinya.

Untuk harga sapi, lanjut Sri, sepekan jelang Idul Adha, ada kenaikan. Harganya antara Rp 56 ribu sampai Rp 58 ribu per kilogramnya. Biasanya, pada H-1 Idul Adha, harganya kembali naik jadi Rp 60 ribu per kilogram.

"Jadi, sapi biasanya ditimbang dulu, lalu dikalikan dengan harga yang telah ditentukan itu," ujarnya.

Sementara itu, Ketua PDHI Cabang Jabar 1, Drh Pranyata Tangguh Waskita, mengatakan, kasus yang paling sering ditemukan saat pemeriksaan hewan kurban, yaitu belum cukup umur dan penyakit cacing pada hati. Biasanya, hewan dengan kondisi ini, tidak disarankan untuk jadi hewan kurban.

"Karenanya, warga yang hendak membeli hewan kurban, untuk lebih hati-hati. Upayakan, membeli hewannya yang telah dipasangi label halal. Serta, saat pemotongan juga, harus berdasarkan pada syariat Islam," ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement