Rabu 31 Jul 2019 13:31 WIB

Merintis Kemajuan dari Madrasah

suasana di sebuah ruang belajar yang diliputi gairah Muslim memahami ilmu.

Madrasah (ilustrasi)
Foto: blogspot.com
Madrasah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam bukunya, History of the Moorish Empire in Europe, SP Scott melukiskan suasana di sebuah ruang belajar yang diliputi gairah Muslim memahami ilmu. Terdapat risalah tebal mengenai bedah dan obatobatan. Di tangan masingmasing murid tergenggam peta langit yang berisi nama-nama bintang dalam bahasa Arab.

“Seperti muazin yang luhur, mereka tak sekadar menghapalnya, tapi juga mengambil hikmah dari kekayaan langit itu yang menambah keyakinan agamanya,” cetus Scott.

Tradisi belajar menjalar secara cepat di kalangan Muslim dan memantik mereka membangun tempat-tempat belajar. Tak heran jika bermunculan lembaga pendidikan yang sangat berperan menebar ilmu pengetahuan.

Jadi, mereka yang haus ilmu dengan mudah menentukan pilihan di mana mereka mau belajar, khan, madrasah, atau masjid. Pada abad ke-11 hingga ke-13 M, terbentuk banyak lembaga pendidikan, termasuk pendidikan tinggi. Umumnya itu bermula dari keinginan komunitas cendekiawan memperluas dan mengajar kan ilmu pengetahuan.

Lembaga yang banyak dikenal biasanya adalah madrasah. Tak jarang madrasah menyatu dengan bangunan masjid. Madra sah pertama digagas oleh Ibnu Jubair (wafat 614 H/1217 M).

Saat berkunjung ke Baghdad, Irak, selama 30 hari, ia terpikir untuk membangun madrasah. Ia memenuhi tekadnya itu dan sebuah madrasah pun tegak berdiri.

Bak jamur di musim hu jan, langkah serupa cepat menyebar. Bukan hanya di lakukan satu atau dua kelompok orang, tetapi banyak kalangan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement