REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masjid ini terletak di distrik Fatih, Istanbul, Turki. Satu kilometer dari tenggara Masjid Eski Imaret. Pada awalnya bangunan masjid Zeyrek merupakan dua gereja dan kapel yang digabung. Kompleks masjid ini merupakan peninggalan arsitektur periode Bizantium di Konstantinopel.
Pada 2007 bangunannya mengalami kerusakan. Kemudian, dipugar dan dimasukkan ke dalam salah satu wa risan budaya yang dilindungi oleh UNESCO. Bangunan ini terbesar kedua setelah Hagia Sophia. Kisah bangunan ini tak lepas dari kehidupan abad ke-12. Ketika itu, Permaisuri Bizantium Irene dari Hongaria membangun sebuah biara di situs ini. Biara terdiri dari tiga gereja, perpustakaan, dan rumah sakit.
Fasilitas tersebut menjadi basis pergerakan sosial keluarga kerajaan. Bentuk perhatian Istana kepada masyarakat setempat yang hidup dalam keterbatasan. Irene adalah gadis yatim piatu yang hidup di panti asuhan. Kemudian, dinikahkan dengan seorang pangeran. Kehidupan Irene banyak dihabiskan untuk kegiatan keagamaan hingga akhir hayat.
Ketika masih gereja, masyarakat dari berbagai kalangan dipersilakan untuk memanfaatkannya. Pengelolaan berada di tangan pendeta. Setelah Perang Salib keempat, kompleks tersebut menjadi tempat para rohaniwan Venesia. Biara juga digunakan sebagai istana kekaisaran oleh Kaisar Latin terakhir, Baldwin.
Tidak lama setelah kejatuhan Konstantinopel, bangunan itu diubah menjadi masjid, dan biara itu diubah menjadi madrasah. Anak-anak setempat memanfaatkan area bangunan untuk belajar dan bermain.
Dinasti Turki Usmani menamainya dengan identitas seorang sarjana yang mengajar di sana, Molla Zeyrek. Dialah sosok alim yang mendedikasikan kehidupannya untuk mengajar dan mendak wahkan Islam kepada masyarakat setempat.
Zeyrek adalah salah satu di antara beberapa bangunan Istanbul yang tidak pernah dilupakan. Beberapa tahun yang lalu, bangunan itu dalam keadaan sunyi, dan sebagai hasilnya ditambahkan ke daftar pantauan monumen yang terancam punah. Dalam beberapa tahun terakhir ini telah mengalami perluasan.
Di sebelah Timur terdapat area yang dipugar dan sekarang dibuka sebagai res toran dan kebun teh. Sebagian bangunan bata dibangun dengan mengadopsi teknik khas arsitektur Bizantium pada periode pertengahan.
Dalam teknik ini, batu bata dipasang di belakang garis dinding lengkap dengan lapisan plester. Karena itu, ketebalan lapisan plester sekitar tiga kali lebih tebal dari lapisan batu bata. Bangunan ini menjadi saksi bisu per ubahan kekuasaan di Turki. Dari mulai Konstantinopel. Kemudian, berubah menjadi Istanbul.
Dari Bizantium ke Turki Usmani, Turki sekular, dan Turki masa kini yang kembali mengangkat nilai Islam dalam kehidupan. Meski berusia ribuan tahun, bangunan itu tetap berdiri kokoh menjadi destinasi wisata sejarah yang penuh kenangan. Wisatawan dari berbagai belahan dunia berdatangan ke sana untuk mengetahui area sekitar dan bagian dalam bangunan.