Sabtu 27 Jul 2019 21:40 WIB

Istiqamah dalam Beragama

Allah SWT pun menurunkan ayat yang isinya memuji kesetiaan Ubadah pada Islam.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Agung Sasongko
Oase (ilustrasi)
Foto: Wordpress.com
Oase (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ubadah bin Shamat merupakan salah satu sahabat Nabi SAW dari golongan Anshar. Rasulullah pun mencintai sosoknya yang perawakannya tegap, tinggi, dan besar. Ia disegani oleh banyak orang pada saat itu bukan hanya karena fisiknya, melainkan juga sikapnya yang teguh dan istiqamah dalam agama Islam.

Ubadah merupakan kaum Anshar dari Bani Khazraj. Dia termasuk utusan yang datang ke Makkah untuk melakukan baiat kepada Rasulullah SAW dan golongan pertama yang masuk Islam. Adapun baiat ini dikenal dengan Baiatul Aqabah pertama.

Ustaz Khalid Basalamah menyebut, sejak Ubadah melakukan baiat dan memeluk agama Islam, sejak itu pula Ubadah menyerahkan segala-galanya kepada Allah SWT. Dia menuruti apapun perkataan Nabi Muhammad SAW.

"Ubadah termasuk salah satu dari 12 orang beriman yang segera menyatakan keislaman dan mengangkat baiat, menjabat tangannya, dan menyatakan kesetiaan kepada Rasulullah SAW," ujarnya beberapa waktu lalu.

Sejak saat itu, setiap langkah dan perbuatan yang dilakukan Ubadah selalu menuju pada Islam, Rasul, dan Allah SWT. Salah satunya ketika ia memutus persekutuan antara dirinya dan salah satu suku Yahudi, Bani Qainuqa, yang diketahui berkhianat.

Di antara Perang Badar dan Perang Uhud, orang-orang Yahudi di Madinah mulai menam pakkan belangnya. Bani Qainuqa membuat ulah dengan menimbulkan fitnah dan keributan di kalangan kaum Muslimin.

Melihat hal ini, Ubadah secepatnya ia melakukan tindakan yang setimpal dengan jalan membatalkan perjanjian dengan mereka. Ia berkata, "Saya hanya akan mengikuti pimpinan Allah, Rasul-Nya dan orang-orang beriman!"

Allah SWT pun menurunkan ayat yang isinya memuji kesetiaan Ubadah pada Islam. Hal ini dituangkan dalam QS al-Maidah ayat 56, "Dan barang siapa yang menjadikan Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang beriman seba gai pemimpin, maka sungguh, partai atau golongan Allahlah yang beroleh kemenangan."

Keputusan Ubadah ini diikuti oleh kaum Muslimin yang berada di Madinah. Nabi Muhammad SAW pun mendukung pendapatnya. Saking taatnya pada agama dan takut akan hukuman yang diberikan ketika ia melakukan pelanggaran, Ubadah sempat menolak untuk dijadikan wali atau amir. Hal ini terjadi setelah Rasulullah SAW menjelaskan perihal tanggung jawab seorang amir. Sosok Ubadah terkenal dengan ke-zuhud-annya.

Rasulullah suatu hari pernah menjelaskan tentang nasib yang akan menimpa orang-orang yang melalaikan kewajibannya sebagai seorang pemimpin atau memper kaya dirinya dengan harta. Setelahnya, ia bersumpah kepada Allah tidak akan menjadi pemimpin walau atas dua orang sekali pun. Sumpah ini ia penuhi tanpa pernah dilanggar.

Meski begitu, pada masa kepemimpinan Umar bin Khathab, Ubadah sempat menempati posisi hakim di Syam atau Palestina. Awalnya Ubadah menolak, tapi Umar menyebut umat Islam di Palestina membutuhkan sosok yang bisa mengajar Alquran dan pemahaman mendalam akan agama Islam. Karena alasan itu, akhirnya Ubadah menerima dan berangkat ke Syam bersama Mu'adz bin Jabal dan Abu Darda.

Ubadah dijuluki sebagai pria dengan kekuatan setara 1.000 Muslim. Ia mengikuti setiap pe pe rangan yang ada tanpa terkecuali. Bahkan, setelah Nabi wa fat, ia masih ikut berjuang dalam menyebarkan agama Islam di wi la yah lainnya. Ubadah juga berperan dalam menaklukkan pemimpin Mesir saat itu, Kaisar Mukaukis.

"Ubadah meninggal dalam kondisi tua, dalam usia 72 tahun. Ada banyak hal yang bisa dipetik dari kisah hidup sahabat ini. Se perti disebutkan sebelumnya, Uba dah termasuk pemiminpin Bani Khazraj yang memeluk Islam pertama kali," lanjut Ustaz Khalid.

Ubadah termasuk Muslim yang menganut Islam secara ke seluruhan, kaffah. Dalam QS al- Baqarah ayat 208 disebutkan, "Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu."

Selain itu, Ubadah juga merupakan sosok yang mampu meng ajarkan agama secara baik ke pada keluarganya. Ini dibuktikan dengan istrinya, Ummu Haram binti Milhan al-Anshariyyah, yang ikut serta dalam beberapa peperangan. Di antaranya Perang Badar dan Perang Siprus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement