REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Al Imam Abu Laits as-Samarqandi (ahli fikih dan ahli tafsir yang hidup pada abad ke-10 M) mengatakan ada lima hal yang perlu dilakukan oleh seorang Muslim, agar amalnya bagus. “Jika kelima hal ini dilakukan, insya Allah hidup kita akan tenang, penuh semangat, dan bahagia,” kata Dr Habib Abdul Rahman Al Habsy saat mengisi pengajian guru Sekolah Bosowa Bina Insani (SBBI) di Masjid al-Ikhlas Bosowa Bina Insani, Bogor, Jawa Barat, Jumat (26/7) pagi.
Seperti biasa, tiap bulan sekali, Habib Abdul Rahman kajian Tauhid di Masjid Al-Ikhlas Bosowa Bina Insani. Mengutip Abu Laits as-Samarqandi, Habib Abdul Rahman mengatakan, hal pertama adalah qanaah (menerima atau merasa puas) terhadap pemberian Allah terkait urusan dunia.
“Supaya amal kita menjadi bagus, hendaklah kita qanaah atau merasa puas atas apa yang Allah berikan terkait urusan dunia. Orang yang tidak qanaah, tidak pernah punya rasa puas. Dia cenderung rakus. Untuk urusan dunia, hendaknya kita qanaah,” ujarnya seperti dikutip dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Jumat (26/7).
Kedua, urusan akhirat, sebaliknya, seorang Muslim harus tamak. “Untuk hal-hal yang berkait dengan urusan akhirat, kita harus tamak dan menyegerakannya. Kita tidak boleh cepat puas. Misalnya, kita tadarus Alquran 1 ‘ain per hari, ada orang lain yang tadarus 1 juz sehari, maka kita harus iri kepadanya dan mencontohnya. Jadi, dalam hal dunia kita menengok ke bawah, sedangkan urusan akhirat kita harus menengok ke atas,” tuturnya.
Ketiga, terkait urusan agama, seorang Muslim harus pakai ilmu dan ijtihad (kesungguhan mencari). “Kalau kita mau amal kita berbobot,, maka salah satu modalnya adalah ilmu. Shalat, puasa, berhaji, dan ibadah-ibadah lainnya akan terasa nikmat kalau kita mempunyai ilmunya,” ujarnya.
Keempat, terkait urusan sesama manusia, sesama Muslim harus saling menasihati.
Kelima, untuk menjadi manusia terbaik, ada beberapa indikatornya. Ibadahnya diterima Allah SWT dengan dua timbangan ibadah, yakni khauf (takut) dan raja' (harapan), sesuai tuntunan Allah dan Rasul-Nya.
Selanjutnya, mempunyai efek terhadap yang lainnya dalam kebenaran. Manusia aman dari keburukannya. “Artinya orang tersebut bermanfaat untuk orang lain. Kehadirannya sangat dirindukan oleh orang lain,” tuturnya.
Tidak kalah pentingnya adalah dia selalu siap mati. “Tiap hari dia minta perlindungan kepada Allah dari azab kubur,” ujar Habib Dr Abdul Rahman al-Habsy.