Jumat 19 Jul 2019 19:30 WIB

Kitab Karya Ridwan Al-Sa'ati Tersimpan Rapi di Jerman

Buku Ridwan al-Sa'ati jadi rujukan sekolah-sekolah teknik di Jerman.

Ilmuwan Muslim.
Foto: Metaexistence.org
Ilmuwan Muslim.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ridwan al-Sa'ati menggenapi rintisan awal karier intelektualnya melalui buku pertama yang ia tulis pada Oktober 1203 Masehi, yang berisi penjelasan perinci mengenai pembuatan serta mekanisme kerja jam.

Ia membubuhkan judul pada bukunya, Kitab ilm al-Sa'at wal Amal Biha atau Buku tentang Pembuatan Jam dan Penggunaannya. Buku ini terdiri atas lima bab. Dalam bukunya, ia menuliskan segala hal yang bersangkut-paut dengan jam. Mulai dari cara pembuatan, struktur mesin, bagian-bagiannya, ukuran, hingga perawatannya.

Baca Juga

Ini menjadi salah satu buku tentang jam mekanis paling komprehensif yang pernah dibuat ilmuwan Muslim. Gaungnya sampai ke masa peradaban berikutnya. Pada awal abad ke-20, ilmuwan Eilard Wiederman dan Fritz Hauser mendalami kemudian menerjemahkannya ke dalam bahasa Jerman berdasarkan manuskrip tahun 1348 Masehi.

Buku ini masih disimpan di Forschungbibliothek di Gothe, Jerman, dan menjadi rujukan penting di sekolah-sekolah teknik di Eropa. Buku yang sama menjelaskan perbaikan yang dilakukan terhadap jam yang ada di Masjid Agung Umayyah. Ketika itu, jam air tersebut seolah tidak terawat setelah meninggalnya sang ayah.

Ridwan pun tergerak untuk memperbaiki serta merawatnya sehingga dapat difungsikan kembali. Ia menjadi operator dan perawat jam. Pada masanya, benda ini sangat dikagumi ilmuwan dan masyarakat karena beberapa keunikan dan keunggulan teknologi yang dimilikinya. Selain itu, mampu menunjukkan waktu secara presisi.

Oleh karena itu, jam tersebut sengaja ditempatkan di lokasi yang strategis, yakni antara istana pemerintah dan masjid yang notabene adalah pusat pemerintahan dan pusat kegiatan umat. Keistimewaan lainnya adalah kemampuannya menghubungkan kalender Hijriah, terkait perubahan musim dengan kelembaban udara.

Bahkan, bisa menerapkan sudut sinar matahari serta membagi waktu siang dan malam masing-masing 12 jam. Masyarakat kala itu dengan mudah mengetahui pergantian waktu dengan mendengarkan dentangan suara jam. Bersama seluruh kemampuan yang melekat pada jam unik itu, Ridwan sebagai operator jam mendapatkan penghargaan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement