REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pria ini bernama Eesa Keith Washington. Berasal dari California, Amerika Serikat, pria keturunan Afrika ini tumbuh dalam tradisi keluarga Kristen yang taat. Masih ingat di benaknya masa akhir pekan dimanfaatkannya untuk membaca Alkitab. Dia mencoba memahami berbagai ajaran di dalamnya, tapi terasa begitu sulit.
Konsep ketuhanan di dalamnya, misalkan, dijelaskan dengan nalar yang sulit diterima. Namun, dia ketika itu mencoba terus untuk memahaminya meski terasa berat. "Pada titik itu, saya benar-benar membaca Alkitab, dan saya menjadi seseorang yang percaya kepada Tuhan, tetapi tidak benar-benar memiliki agama yang pasti. Saya mulai mengeksplorasi agama-agama dunia," jelas dia sebagaimana diberitakan aboutislam.net.
Mencari jalan hidup
Perjalanan mempelajari agama dilaluinya dengan ketidakpuasan. Ada banyak agama di dunia ini, tapi belum ada yang sesuai dengan keinginan hatinya, yaitu sesuatu yang menenangkan dan memuaskan batin. Beranjak remaja, Keith mencoba keluar dari sekat agama.
Dia beralih ke pergaulan bebas. Rasanya begitu menggembirakan. Tak ada aturan jelas di sana. Yang ada adalah kesenangan dan keduniaan tak terbatas. Asal ada ma teri apa pun dapat dinikmati dengan mudah. Tak perlu bersusah payah.
Cukup dengan mengucap atau mem beri isyarat maka yang diinginkan akan datang. Pesta menjadi hobinya. Bermain wanita menjadi hal biasa. Hingga suatu saat, ketika sedang mengendalikan kendaraan bermotor, dia lengah sehingga mengakibatkan dirinya mengalami kecelakaan.
Kemalangan ini membuatnya berpikir, bahwa selama ini jalan yang ditempuhnya belum benar. Dia pun beralih dari kehidupan hedonistis ke hal baru. Kali ini dia memasuki dunia politik kampus. Di sana Keith bermusyawarah dengan banyak orang dengan beragam latar belakang dan tujuan yang sama untuk membangun dukungan dan kekuasaan.
Kelompok dan organisasi di kampus adalah wadahnya. Musyawarah adalah jalannya. Adu argumen adalah stra teginya untuk menunjukkan kom petensi. Bekerja sama, mau dipimpin, dan siap memimpin, adalah kuncinya.
Di tengah muasyawarah bersama berbagai teman itu, dia berkenalan dengan kelompok Muslim. Suatu ketika Keith diundang menghadiri acara komunitas Muslim. Dia menghadirinya.
Dalam acara itu, seorang pendakwah menyerukan Islam sebagai pandangan hidup. Di dalamnya terdapat banyak konsep kehidupan, seperti keadilan dan kebersamaan. Adil adalah setiap orang memiliki haknya, seperti untuk hidup, beribadah, berkeluarga, dan banyak lagi.
Lawan katanya adalah zalim, yang berarti tidak memberikan hak seseorang yang seharusnya. Mereka yang berkuasa, tapi tidak memberikan hak warganya dengan sempurna, berarti telah melakukan kezaliman.
Mendengar ceramah semacam itu, hati Keith tersentuh. Dia menilai, inilah pandangan hidup yang selama ini dicarinya. Suatu tujuan yang diharapkannya selama perjalanan yang ditempuh dari mulai kecil hingga dewasa.
Setelah mendengar ceramah pembicara, dia merasa kebenaran sedang menghampirinya. Sebagai pria dewasa, ketika mendapati sesuatu itu merupakan kebenaran, seharusnya bisa menerimanya, patuh dengan kesulitan dan kemudahannya. Saat itu dia berpikir, "Apa yang harus saya lakukan sekarang? Ya, saya dalam dilema, dan ini adalah gaya hidup saya.
Saya seorang aktivis mahasiswa, saya adalah ketua serikat mahasiswa, saya memiliki keluarga, bahkan tidak tinggal di dekat mereka, ujar dia. Dia mulai berpikir jika menerima Islam, gaya hidupnya harus sesuai dengan ajaran agama tersebut. Jadi, banyak hal yang selama ini menjadi kebiasaannya tak lagi dapat dilakukan.
Dia pun harus menghadapi banyak orang karena mereka memiliki ketidaktahuan yang sama seperti dia sebelumnya. Keith khawatir mereka tidak akan lagi ingin berhubungan dengannya setelah mengetahui dirinya menjadi mualaf.
Belum lagi persoalan administrasi kewar ganegaraan. Harus melapor ke pemerintah setempat jika mengubah data keyakinan. Begitu juga ketika berbicara dengan pacarnya, bahwa tak lagi bisa berpacaran, akan sulit baginya untuk menjelaskan hal itu.
"Bagaimana saya akan berurusan dengan keluarga saya, yang jauh dari saya? Dan, bagaimana saya menjelaskannya dari jauh?" tutur dia. Keith merasa harus menyeimbangkan semua itu. Yang terbesit di hati ketika itu adalah, "Jika ini adalah agama Tuhan, jika Tuhan benar-benar telah menetapkan jalan ini, maka Dia akan mengurusnya. Tuhan pasti menguji hambanya sesuai dengan kapasitas."
Mengubah Kehidupan
Dia berpikir Islamlah yang paling bisa mengubahnya. Islam mengembalikan hubungan yang selama ini telah terputus. Kerendahan hati merupakan ajaran Islam yang disukainya. Akhlak ini mengajarkan setiap insan untuk menjauhi kesombongan.
Berusaha menggapai yang diinginkan dengan tetap menghormati makhluk lain. Islam membuat pria ini lebih terbuka ketika bergaul dengan banyak orang. Dengan Islam, Keith lebih mampu memahami orang lain ketimbang dirinya. Rasa sabar menyelimutinya sehingga tutur kata terjaga dengan baik.
Islam menjaga amarah orang. Banyak orang beranggapan keadilan didasarkan pada kompromi sehingga dapat direkayasa seenak hati. Namun, itu tak berlaku bagi Islam. Se bab, segala yang dilakukan di du nia ini akan dibalas dan dipertanggungjawabkan setelah kematian.
Dalam Islam, kematian bukanlah akhir perjalanan hidup. Sebab, setelah itu, akan ada hari kebangkitan. Semua orang akan dihidupkan kembali. Amal perbuatannya akan dihitung. Keimanan semacam ini memotivasi diri kita untuk berbuat baik, ujar Keith.
Sejak memeluk Islam, dia banyak menghabiskan waktunya untuk berdakwah dari satu masjid ke lainnya. Dia juga bersilaturahim dengan berbagai komunitas Muslim. Keith selalu membuka diri untuk siapa pun yang ingin mendalami ajaran Rasulullah.