Senin 15 Jul 2019 17:47 WIB

Masjid Pasalakan Jadi Situs Bersejarah Kabupaten Cirebon

Banyaknya peziarah yang berdatangan ke masjid Pasalakan gerakkan ekonomi warga.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Agung Sasongko
Masjid Pasalakan Peninggalan Syekh Syarif Abdurrahman Al Usmani.
Foto: Republika/Andrian
Masjid Pasalakan Peninggalan Syekh Syarif Abdurrahman Al Usmani.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebenarnya terdapat banguan lainnya yang masih berkaitan erat dengan masjid Pasalakan. Yakni sebuah kolam yang berjarak beberapa puluh meter saja dari masjid. Balong Baros namanya. Menurut Sukendra kolam tersebut dulunya digunakan untuk tempat berwuduhu.

Dinamai Balong Baros lantaran dikolam tersebut ada sebuah kayu Baros yang dapat berdiri tegak dan tidak mengambang meski tanpa adanya tali ataupun pengait. Dalam  waktu-waktu tertentu kayu tersebut akan diangkat dan dibersihkan.

Baca Juga

Sayangnya kolam tersebut jauh dari perwatan. Dinding kolam penuh dengan lumut bahkan kawat-kawat pembatas yang putus pun dibiarkan begitu saja. Air kolam yang hijau hijau makin membuat kolam itu terkesan tak terawat.

Sukendara mengaku untuk perawatan situs baik masjid dan makam dilakukan secara sukarela oleh warga. Untuk perbaikan-perbaikan, kata Sukendra, pengurus masjid kerap mendapatkan bantuan dari peziarah yang datang. Ia pun berharap pemerintah Kabupaten ikut turun tangan dalam melakukan perbaikan-perbaikan di area masjid Pasalakan dan arena pemakamannya.

“Selama ini kalau ingin bangun apa, perbaiki apa, itu ada saja bantuan dari peziarah. Bagusnya memang ada perhatian lagi dari pemerintah karena setiap pekan itu peziarah banyak yang datang,” katanya.

Sementara itu Lurah Palsakan, Abdul Aziz mengatakan masjid Pasalakan telah menjadi situs bersejarah Kabupaten Cirebon. Meski demikian, menurutnya hingga kini belum ada sumber lebih lengkap untuk mengungkap sosok Syekih Syarif Abdurrahman Al Usmani.

Ia juga mengakui banyaknya peziarah yang berdatangan ke masjid Pasalakan turut menggerakan perekonomian warga sekitar. Banyak warga yang akhirnya membuka warung untuk berjualan makanan ketika peziarah yang datang membludak.

“Yang datang memang banyak, karena itu Kelurahan sering mengajak warga untuk bersih-bersih, untuk merawat saja. Tapi kami tak bisa untuk dana perawatan, karena itu di Pemerintahan Pusat, biasanya kami memberikan usulan lalu masyarakat membuat proposal,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement