Senin 15 Jul 2019 17:34 WIB

Membedah Arsitektur Masjid Pasalakan Cirebon

Dari sisi arsitektur bangunan, Masjid Pasalakan memiliki keunikan tersendiri.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Agung Sasongko
Masjid Pasalakan Peninggalan Syekh Syarif Abdurrahman Al Usmani.
Foto: Republika/Andrian
Masjid Pasalakan Peninggalan Syekh Syarif Abdurrahman Al Usmani.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dari sisi arsitektur bangunan, masjid Pasalakan mempunyai keunikan tersendiri. Sebab masjid ini punya ruang utama lagi di bagaian dalam masjid. Berbeda dengan dinding luar masjid yang dicat putih. Pada ruang utama seluruh dinding  hingga bagian mihrab menggunakan batu-bata merah.

Terdapat juga ukiran kaligrafi sederhana yang menambah kesan klasik di ruang utama masjid. Ruang utama ini juga memiliki empat tiang penyangga, dulunya tiang tak terbuat dari bata melainkan dari kayu.

Baca Juga

Sebelum perbaikan, jumlah tiang di ruang utama terdapat 16 tiang. Selain itu  terdapat tiga pintu masuk di ruang yang semuanya menggunakan pintu dari kayu jati. Menurut Sukendra, ruang utama itulah yang sebenarnya bangunan masjid Pasalakan yang lama.

“Karena setiap hari banyak peziarah yang datang lalu ada perbaikan-perbaikan, masjid juga diperluas,” tutur Sukendra (70 tahun) pengurus Masjid Pasalakan.

Ruangan utama ini hanya digunakan pada hari-hari tertentu saja semisal pelaksanaan shalat jum’at, shalat ied, atau saat peringatan hari-hari besar Islam. Sementara untuk sholat maktubah setiap harinya berlangsung di luar ruang utama. Jika jamaah membludak, pelataran masjid yang luas pun digunakan.

Di utara bagian dalam masjid terdapat sebuah sumur tua dengan dinding terbuat dari batu-bata merah. Konon sumur itu dulunya digunakan untuk bersuci. Masjid Pasalakan tak memiliki kubah seperti masjid pada umumnya, tetapi masjid ini memiliki atap genting yang berundak dua pada bagian pelataran dan berundak tiga pada bagian ruang utama. Selain itu terdapat dua gapura yang berada di area pekarangan.

Masjid ini bersebelahan dengan pemakaman Pasalakan. Banyak terdapat makam tokoh-tokoh Cirebon masa lalu yang dimakamkan di sini. Seperti dituturkan Sukendra diantara tokoh Cirebon masal lalu yang dimakamkan di tempat itu yakni Pangeran Geni dan Nyi Ambar Geni, Syeikh Abdurrahim, Syeikh Abdul Karim, Ki Mubin leluhur Benda, dan Ki Balarante.

Sementara area makbaroh (pemakaman) Syeikh Syarif Abdurrahman Al Usmani, terdapat juga puluhan makam yang berdekatan dengan makam Syeikh Syarif Abdurrahman Al Usmani. Warga meyakini makam-makan tersebut merupakan makan para santri Syeikh Syarif Abdurrahman Al Usmani.

Sementara itu makam Syeikh Syarif Abdurahman Al Usmani berada diruangan khusus. Terdapat juga potongan-potongan kayu bekas tiang masjid yang disimpan berdekatan dengan makam Syekh Syarif.

Menurut Sukendra pasca perbaikan pada tahun 80an, banyak bagian-bagian kayu masjid yang dibiarkan begitu saja. Sukendra pun berinisiatif untuk mengumpulkan sisa-sisa bagian bangunan yang tak terpakai lagi dan menyimpannya di area makbaroh Syekh Syarif Abdurrahman Al Usmani.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement