Kamis 11 Jul 2019 16:16 WIB

Rufaidah Al-Anshariyah, Perintis Dunia Keperawatan Islam

sosok Rufaidah lebih masyhur dibandingkan Florence Nightingale.

Oase (ilustrasi)
Foto: Wordpress.com
Oase (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikhlas dan tanpa pamrih. Itulah sosok Rufaidah Al-Anshariyah, perawat terkemuka di zaman Nabi SAW. Sejarah peradaban Islam mencatat pengabdiannya di dunia keperawatan dengan tinta emas. Bahkan, ia dinobatkan sebagai perintis keperawatan modern.

Muhammad Ibrahim Salim dalam kitabnya Nisaa Haular Rasul SAW  mengungkapkan, Rufaidah adalah seorang wanita yang berasal dari Kabilah Aslam. Ia dengan penuh kesetiaan menolong dan mengobati setiap orang yang terluka di zaman Rasulullah SAW.

Secara khusus, ia mendirikan kemah di dekat Masjid Nabawi. Di tempat itulah, ia menolong dan mengobati setiap orang yang terluka. Ibu Ishak dalam riwayatnya menuturkan, ketika Sa’ad bin Mu’adz terluka dalam Perang Khandaq, Rasulullah SAW berkata kepada para sahabat, “Bawalah dia ke tenda Rufaidah dan saya akan menjenguknya nanti.”

Mengutip kitab Al-Adab Al-Mufrad,  Ibrahim Salim menyebutkan, Imam Bukhari meriwayatkan Rasulullah menjenguk Sa’ad yang terluka pelipis matanya saat Perang Khandaq di tenda Rufaidah, setiap pagi dan sore. “Rufaidah sudah memelopori pengobatan gratis,” tutur Ibrahim Salim.

Dunia keperawatan Islam mengukuhkan  Rufaidah Al-Anshariyah (570-632 M), sebagai perawat Muslim pertama di dunia. Tak cuma itu, ia juga dinobatkan sebagai perawat pertama di dunia. Betapa tidak. Rufaidah sudah mulai berkiprah jauh sebelum  Florence Nightingale–yang diklaim dunia Barat sebagai pelopor keperawatan modern–terlahir.

Florence yang terlahir di Firenze, Italia,  pada 12 Mei 1820 baru berkiprah di dunia keperawatan pada abad ke-19 M. Itu artinya, Rufaidah telah merintis dunia keperawatan 12 abad lebih dulu dari Florence.

Prof Omar Hasan Kasule dalam studinya menggambarkan, Rufaidah sebagai perawat profesional pertama dalam sejarah Islam. Menurut Omar, sejarah menggambarkan, Rufaidah sebagai  perawat teladan, baik, dan bersifat empati. “Rufaidah adalah seorang pemimpin, organisatoris, mampu memobilisasi dan memotivasi orang lain,” tutur Omar.

Rufaidah juga digambarkan memiliki pengalaman klinik yang dapat ditularkan kepada perawat lain, yang dilatih dan bekerja dengannya. Dia tidak hanya melaksanakan peran perawat dalam aspek klinikal semata, namun juga melaksanakan peran komunitas dan memecahkan masalah sosial yang dapat mengakibatkan timbulnya berbagai macam penyakit.  Menurut Omar, Rufaidah adalah  perawat kesehatan umum dan pekerja sosial yang menjadi inspirasi bagi profesi perawat di dunia Islam.

Sosok Rufaidah sangat dikenal para perawat di negara-negara Arab dan Timur Tengah. Bahkan, ia lebih masyhur dibandingkan Florence Nightingale. Siapakah sesungguhnya Rufaidah itu? Perawat perintis itu sejatinya bernama lengkap  Rufaidah Binti Sa’ad Al-Bani Aslam Al-Khazraj.

Ia lahir di Yastrib, (Kini Madinah) pada 570 M dan wafat pada 632 M. Rufaidah hidup pada masa Rasulullah SAW pada abad pertama Hijriah. Ia berasal dari kaum Anshar. Ilmu keperawatan yang dikuasainya dipelajari dari sang ayah, yang berprofesi sebagai seorang tabib atau dokter.

Dengan penuh ketekunan, Rufaidah membantu ayahnya. Ketika tak ada peperangan, Rufaidah membangun tenda di luar Masjid Nabawi untuk merawat setiap orang yang sakit. Namun, ketika umat Muslim harus turun ke medan perang untuk membela agama Allah, seperti Perang Badar, Uhud, Khandaq, dan  Khaibar, dengan penuh keberanian  Rufaidah turun ke medan pertempuran.

Ia berada di garis belakang untuk membantu tentara Islam yang terluka akibat perang. Rufaidah pun mendirikan rumah sakit lapangan, sehingga Rasulullah SAW memerintahkan korban yang terluka dirawat oleh Rufaidah.

Selain itu, ia juga menyebarkan ilmu yang dimilikinya. Rufaidah melatih para Muslimah yang berminat untuk menjadi perawat. Keberaniannya patut diacungi jempol. Ia rela mempertaruhkan nyawanya demi menolong pasukan tentara Muslim yang terluka dalam peperangan.

Secara khusus, kelompok perawat yang dilatih Rufaidah meminta izin kepada  Rasulullah SAW untuk ikut di garis belakang pertempuran untuk merawat para mujahid yang terluka. Selain itu,  sang perawat pun aktif dalam aktivitas sosial yang ada di komunitasnya.

Dengan penuh rasa kasih sayang dan perhatian, ia memberi perhatian kepada setiap Muslim, orang miskin, anak yatim, atau penderita cacat mental. Rufaidah tak hanya merawat anak yatim, namun juga  memberi mereka  bekal pendidikan. Sejarah melukiskan Rufaidah sebagai seorang Muslimah yang memiliki kepribadian yang luhur dan empati. N berbagai sumber

Ia selalu memberi pelayanan yang prima bagi pasiennya tanpa memandang status sosial. Sejarah Islam juga mengklaim  bahwa Rufaidah adalah pemimpin dan pencetus sekolah keperawatan pertama di dunia Islam. Sungguh begitu besar jasanya bagi perkembangan dunia keperawatan modern.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement