REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNG KIDUL -- Dompet Dhuafa melalui beberapa cabang di wilayah sudah bergerak dengan memfasilitasi air bersih untuk warga yang kekeringan. Misalnya, Dompet DHuafa Yogyakarta menyalurkan air bersih ke pelosok Gunung Kidul.
Di wilayah Banten, tim respon Dompet Dhuafa terjun langsung untuk penyaluran air bersih untuk warga di dua kampung. Perjalanan yang ditempuh memang sangatlah tidak mudah.
Jalan yang rusak dan terjal menanjak membuat mobil tanki air bersih mengalami kendala saat menuju lokasi. ''Hampir dua jam perjalanan yang tim menempuh untuk sampai ke titik lokasi pendistribusian air bersih kepada warga di Kampung Watulawang dan Pasir Salam," kata Imam Rulyawan, selaku Direkrtur Dompet Dhuafa Filantropi.
Dompet Dhuafa melalui beberapa cabang di wilayah sudah bergerak dengan memfasilitasi air bersih untuk warga yang kekeringan.
Selain Banten dan Gunung Kidul, Dompet Dhuafa juga mendistribusikan air bersih ke sejumlah desa di Kabupaten Ponorogo dan Pacitan Jawa Timur. Setiap Desa rata-rata memperoleh sebanyak 6.000 liter dari program Air Untuk Kehidupan setiap pekannya.
Hingga kini (Rabu, 10/7) Dompet Dhuafa Yogyakarta telah memberikan bantuan air bersih sebanyak 32 tangki,berkapasitas 5.000 liter per tangki. Sebaran penerima manfaat di lima Kecamatan dan sembilan Desa seperti Kecamatan Gedangsari, Rongop, Purwosari,Girimulyo, Girisubo serta Kabupaten Gunungkidul.
Di hari Senin kemarin (8/07), pendistribusian air bersih mensasar Dusun Jati RT 05/06, Desa jati Kelurahan Giricahyo Kecamatan Purwosari dengan mendatangkan dua tangki untuk jumlah penerima manfaat sebanyak 42 Kepala Keluarga (KK) , 135 KK Pedukuhan. Sementara di wilayah Dusun Jambu RT 08 RT 07, Desa Giricahyo, Kecamatan Purwosari dengan mendatangkan satu tangki untuk penerima manfaat sejumlah 55 KK.
Hasil survey tim respons Dompet Dhuafa Yogyakarta menunjukkan, kekeringan sudah terjadi lebih dari empat bulan sehingga warga kesulitan mendapatkan air untuk kelangsungan hidup mereka. Dompet Dhuafa Jawa Timur mendistribusikan air bersih lima hari sekali ke lokasi yang terdampak kekeringan. Saat melakukan distribusi air bersih, biasanya setiap warga mendapat bagian air bersih sebanyak satu jerigen besar. Air tersebut digunakan untuk masak dan minum.
Pusat Analisis Situasi Siaga Bencana (Pastigana) BNPB memperkirakan awal musim kemarau pada 2019 umumnya akan terjadi pada Mei, Juni, dan Juli dengan persentase sekitar 83 persen. Puncak musim kemarau diperkirakan terjadi pada Agustus 2019 dengan presentase 53 persen.