Selasa 09 Jul 2019 16:16 WIB

Fatimah Binti Al Mudzir, Muslimah Ahli Hadis

Fatimah disebut hanya meriwayatkan hadis dari kalangan perempuan saja.

Oase (ilustrasi)
Foto: Wordpress.com
Oase (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fatimah binti al Mudzir satu dari banyak perempuan yang tercatat dalam sejarah Islam sebagai perempuan ahli hadis. Ia bahkan mendapat pengakuan dari suaminya sendiri, Hisyam bin Urwah bin Zubair bin Awwam atau sering dipanggil Abu al Mudzir al Qursyiy.

Fatimah bahkan disebut-sebut sebagai guru oleh suaminya. Padahal, oleh Imam Adz Dzahabi, banyak hadis yang diriwayatkan oleh suami Fatimah yang juga kerap diterima. Hisyam bahkan mendapatkan gelar Syaikhul Islam.

Para ulama bersepakat bahwa suami Fatimah merupakan ulama dan imam dalam ilmu hadis serta periwayatannya. Ia sudah meriwayatkan lebih dari 400 hadis.

Tapi, hadis yang diriwayatkannya tersebut sebagian besar merupakan hadis dari Fatimah, istrinya sendiri. Itu sebabnya, Fatimah disebut sebagai guru bagi suaminya. Fatimah lebih tua dari suaminya. Suaminya pernah berkata tentang sosok Fatimah terkait keilmuannya tentang hadis. Kata Hisyam, "Fatimah binti al Mudzir lebih tua dariku 13 tahun."

Fatimah merupakan tokoh besar di kalangan perempuan Tabi'in pada zaman itu. Ketika itu, Fatimah sama terkenalnya dengan ulama perempuan lain nya, yakni Karimah al-Marwa ziyah (guru Ishaq bin Hammad). Dalam beberapa catatan tentang hadis-hadis yang diriwayatkan Fatimah, tokoh ini hanya meriwayatkan hadis dari kalangan perempuan. Sebagai contoh, saat berumur 14 tahun, Fatimah bertemu dengan Ummul Mukminin Ummu Salamah RA.

Hadis yang diriwayatkan Fatimah dari Ummu Salamah, yakni tentang usia menyusui. Hadis tersebut ditulis At Tirmidzi dalam kitabnya bahwa Ummu Salamah berkata, "Susuan yang dapat mengharamkan pernikah an adalah susuan yang susunya sampai ke usus dan bermanfaat bagi pertumbuhan anak. Hal itu dilakukan sebelum anaknya di sapih."

Selain itu, Fatimah juga meriwayatkan beberapa pemikiran fikih dari neneknya, Asma binti Abu Bakar. Seperti dalam persoalan hukum puasa, ia berkata, "Setiap kali hilal (bulan pertama) Ramadhan tidak terlihat jelas, Asma selalu mengawali puasa sehari sebelumnya dan beliau pun mengajak orang lain untuk melakukan hal yang serupa."

Kisah perjalanan Fatimah tersebut membuktikan bahwa perempuan dalam catatan sejarah Islam tidak selalu di bawah ba yang-bayang laki-laki. Bahkan, keilmuannya mampu melampuai yang lainnya.

Fatimah dikenal sebagai se orang yang tekun sejak usianya masih anak-anak hingga akhir hayatnya. Ia berguru kepada ula ma-ulama perempuan yang mem buat wawasannya luas, terutama dalam dunia periwayatan hadis.

Meskipun Fatimah disebut sebagai guru dari suaminya sendiri yang juga ahli hadis, ia tetap bekerja sama dengan baik. Keilmuan hadis keduanya yang sama-sama mempuni membuat Fatimah dan Hisyam merupakan pasangan yang juga disegani da lam dunia ilmu hadis.

Keduanya bekerja sama dalam mengajarkan hadis kepada orang lain. Salah satu hadis yang mereka riwayatkan, yaitu tentang infak. Hadis tersebut berbunyi, "Berinfak dan bersedekahlah dan jangan menunggu kelebihan har ta. Sebab, apabila kalian menunggu kelebihan harta, kalian tidak akan dilebihkan sedikitpun. Dan apabila kalian bersedekah maka kalian tidak akan mendapatkan rasa kekuarangan."

Sampai akhir hayatnya, Fatimah disebutkan sudah meriwayatkan sekitar 400 hadis. Sebelum wafat, ia berpesan pada keluarganya, "Apabila aku wafat, mandikanlah aku serta kafani dan beri kan wewangian." Kemu dian, dia melanjutkan, "Jangan lah kalian hamburkan wewangi an itu pada kain kafanku dan janganlah ka lian iringi pemakaman ku dengan membawa api." Berbicara tentang ulama pe rempuan yang ahli dalam periwayatan hadis, banyak sekali yang bisa disebutkan. Misalnya, terdapat 78 perawi hadis perempuan.

Mereka mendapatkan langsung dari Nabi Muhammad SAW. Sebagai istri Nabi, Aisyah merupakan perempuan yang meriwayatkan hadis paling banyak. Kemudian, disusul Hindun (istri Nabi), Maimunah (istri Nabi), Nashibah Umm 'Athiyyah, Hafshah, Ramlah, Asma' binti Abu Bakar, dan Fathimah binti Qais. Selain itu, ada pula Fakhitah binti Abi Thalib dan As ma' binti Yazid. Wallahualam.

sumber : Dialog Jumat Republika/Rahmat Fajar
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement