Jumat 05 Jul 2019 05:41 WIB

Kaderisasi Gaya Umar Bin Khattab

Umar bin Khattab tidak hanya dikenal sebagai pemimpin yang tegas dan keras.

Oase (ilustrasi)
Foto:

Setahun sudah Umar bersama Ahnaf. Ia pun berkata, “Wahai Ahnaf, aku sudah mengujimu, ternyata yang kutemukan dalam dirimu hanya kebaikan semata. Kulihat sikap lahiriyahmu baik, maka kuharap batinmu pun demikian.”

Kemudian, al-Faruq mengutus Ahnaf untuk memimpin pasukan ke Persia. Ia berpesan kepada panglimanya, yaitu Abu Musa al-Asy'ari, untuk mengikutsertakan Ahnaf dalam bermusyawarah atau urusan lainnya. Ia bahkan meminta Abu Musa untuk mempertimbangkan usulan-usulan yang disampaikan Ahnaf.

Bergabunglah Ahnaf di bawah panji-panji Islam dan menyerbu daerah timur Persia. Pemuda ini mampu membuktikan kepahlawanannya. Namanya makin tenar dan prestasinya kian cemerlang. Dia dan kaumnya, Bani Tamim, berjasa dalam menaklukkan musuh-musuh. Banyak kota dan daerah yang dikuasai, termasuk Tustur. Ia juga berhasil menawan pimpinan mereka, yaitu Hurmuzan.

Hurmuzan adalah pemimpin kaum Persia yang paling kuat. Ia memiliki tipu muslihat yang lihai dalam perang. Ia sudah berkali-kali mengkhianati perjanjian damai dengan umat Islam. Kemenangan kali ini, berhasil memaksa dia untuk menyerah.

Umar yang dongkol hatinya terhadap orang-orang Persia yang ingkar janji, lalu bertanya kepada para utusannya, “Apakah kita suka menganggu orang-orang dzimmi dan menekan mereka sehingga mereka melanggar perjanjian?”

Mereka seraya berkata, “Demi Allah, wahai Amirul Mukminin, tak satupun pejabat kita berbuat keji terhadap mereka, menyalahi janji atau menipu.”

Umar bertanya, “Lantas mereka selalu berbalik setiap ada peluang padahal sudah terikat perjanjian?”

Ahnaf angkat bicara mewakili para utusan tersebut. Ia mengatakan, selama ini Umar melarang para utusan memperluas kekuasaan di Persia. Umar juga selalu meminta kepada para utusan untuk selalu puas dengan wilayah-wilayah yang berhasil dikuasai. Padahal, Persia masih berdiri sebagai kekaisaran yang berdaulat. Ia masih mempunyai seorang kaisar yang hidup. Tak heran bila orang-orang Persia itu selalu merongrong umat Islam.

“Tak mungkin ada dua kekuasaan bersatu dalam satu wilayah, salah satu pasti harus keluar. Kalau saja Anda mengizinkan kami menaklukkan mereka seluruhnya, barulah akan berhenti makar mereka dan selesai sudah urusan itu,” kata Ahnaf.

Sejenak Umar termenung mendengar uraian itu, lalu berkata, “Engkau benar wahai Ahnaf. Kini terbuka sudah hal-hal yang belum terjangkau oleh akalku tentang kaum itu.”

Kaderisasi yang dilakukan oleh Umar berhasil mencetak pemuda Muslim yang berkarakter. Penggemblengan tersebut tak lain adalah implementasi dari nilai dan prinsip-prinsip Islam yang luhur.

sumber : Dialog Jumat Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement