Kamis 04 Jul 2019 15:17 WIB

Cinta Rasul SAW

Mencintai Rasul SAW berarti mengikuti sunah beliau

Rasulullah
Foto: Pixabay
Rasulullah

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: A Ilyas Ismail

Pada suatu hari, orang Arab pedalaman bertanya kepada Nabi SAW tentang hari kiamat. "Kapan datang hari kiamat?" tanyanya. Lalu, beliau balik bertanya, "Apa yang sudah kamu persiapkan untuk menyambut kedatangannya?" Lalu, orang tersebut berkata, "Tidak ada persiapan apa-apa, selain aku cinta Allah dan rasul-Nya." Nabi SAW bersabda, "Anta ma`a man ahbabta (engkau bersama orang yang kamu cintai)." (HR Bukhari dari Anas).

Baca Juga

Hadis ini, menurut al-Nawawi, pengarang Syarh Shahih Muslim, menerangkan keutamaan cinta kepada Allah dan rasul-Nya serta juga cinta kepada penggiat kebaikan dan orang-orang yang selalu melakukan kebaikan, baik mereka yang masih hidup maupun yang sudah mati.

Cinta itu sendiri, menurut banyak pakar, menunjuk pada suatu kehendak dan kecenderungan jiwa yang kuat kepada sesuatu. Kecenderungan ini timbul karena faktor-faktor kesenangan, kemanfaatan, dan keutamaan. Cinta kepada Allah dan rasul-Nya timbul karena ketiga faktor ini.

Cinta sebagai komitmen jiwa dengan sendirinya menuntut pikiran, perhatian, dan tindakan sekaligus. Oleh karena itu, cinta kepada rasul harus dibuktikan sekurang-kurangnya melalui empat hal.

Pertama, al-Ittiba` wa al-iqtida. Bahwa kita harus senantiasa mengikuti ajaran dan petunjuk (sunnah)-nya serta mewujudkan dan menghidupkannya sepanjang masa.

Kedua, al-Sam`ah wa al-Tha`ah. Bahwa kita harus senantiasa mendengar dan patuh kepadanya. Hal ini karena cinta menuntut kepatuhan, seperti terbaca dengan jelas dalam syair al-Rawwaq. "Kau durhaka meski kau menyatakan cinta. Itu pasti bukan cinta, tapi dusta. Kalaulah cintamu itu sejati, pastilah kau patuh karena orang yang cinta selalu mengikuti kemauan orang yang dicinta."

Ketiga, al-Ittishal wa al-qurb. Bahwa kita harus senantiasa berusaha mendekat dan membangun hubungan yang kuat dengannya. Setiap orang yang cinta pasti tak ingin lepas dan berpisah dari kekasihnya. Inilah bahasa dan logika cinta.

Keempat, al-Dzikr wa al-tadzakkur. Bahwa kita harus senantiasa ingat kepadanya dan berusaha menghadirkan dirinya dalam ingatan dan kesadaran. Dalam adagium Arab, terdapat ungkapan, "Siapa orang yang mencintai sesuatu, ia akan selalu mengingat dan menyebut-nyebutnya selalu."

Maka, sebagai salah satu bukti cinta kepada Rasulullah, kita harus sering-sering bershalawat dan menyampaikan salam kepadanya. Inilah sesungguhnya makna firman Allah, "Sesungguhnya, Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk nabi. Hai, orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya." (QS Al-Ahzab [33]: 56).

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement