REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nama Kota Meknes di Maroko berasal dari nama sebuah suku di sana, Miknasa, yang mendominasi wilayah timur Maroko pada abad kedelapan Masehi. Meknes sendiri berarti kepala suku.
Kota ini berdiri pada 1061 M. Sebagai dinasti baru pada abad ke-11 M, Dinasti Murabithun memerlukan pangkalan militer untuk menjaga Fez sekaligus jalur karavan menuju Sahara. Meknes kemudian dipilih untuk memenuhi peran itu.
Kota ini kemudian dikuasai Dinasti Muwahidun pada 1150 M yang kemudian menguatkan peran Meknes sebagai pangkalan militer. Dinasti Muwahidun membangun saluran air, jembatan, pasar, dan masjid-masjid. Madrasah Djadida yang dibangun kala itu masih berdiri hingga hari ini bersama Madrasah Bou Inaniyya.
Saat kekuasaan kemudian dipegang Dinasti Marinid, Meknes tetap berperan, kali ini sebagai pusat industri, terutama minyak zaitun. Penda patan produksi minyak zaitun di sana kemudian dipakai untuk membiayai pembangunan masjid di Fez.
Pada masa-masa sebelum Dinasti Alawiyah kemudian berkuasa, Meknes tak pernah jadi kota sendiri. Barulah pada era Moulay Ismail (1672-1727 M), Meknes jadi kota sendiri dengan dinding benteng yang mengelilingi kota.
Banyak sejarawan yang menyebut masa keemasan Meknes terjadi saat Moulay Ismail dari Dinasti Alawiyah berkuasa. Rupa-rupa bangunan didirikan Moulay Ismail, terutama setelah upaya menikahi anak perempuan Louis XIV dari Prancis akhirnya gagal. Kota kerajaan terkecil dari empat kota kerajaan lain di Maroko ini pernah menjadi ibu kota Maroko antara 1675 M hingga 1728 M.
Bahkan, Moulay Ismail membangun kompleks khusus yang memiliki dua istana, istana raja, dan istana selir. Di antara kedua istana terdapat taman-taman dan dihubungkan oleh 45 paviliun dan empat masjid. Selain bangunan itu, ada pula 20 mausoleum bercungkup.
Pembangunan Kota Meknes kemudian disempurnakan oleh putra Moulay Ismail, yakni Moulay Abdillah (1727-1757 M) dan Sidi Mohammed (1757-1790 M). Setelah Moulay Ismail wafat, Meknes perlahan kehilangan peran sebagai kota kerajaan, terlebih gempa bumi juga sempat mengguncang Meknes pada 1755 M.
Meknes tak bisa mengejar perkembangan seperti yang terjadi pada Marrakesh dan Fez. Saat Fez kemudian lebih dipilih jadi ibu kota kerajaan baru, Meknes makin redup. Meskipun untuk pertemuan khusus dengan para delegasi asing, Meknes masih menjadi tujuan.
Sebelum era kepemimpinan Moulay Hasan berakhir pada akhir abad ke-19, Meknes meng alami restorasi dan revitalisasi. Pada era kepe mimpinan Prancis (1912-1956 M), kota baru dibangun di seberang Sungai Bou Sekrane, tepat di seberang istana kerajaan.
Pascakemerdekaan Maroko, Meknes jadi kota Akademi Militer Kerajaan Maroko (Dar al- Beida). Akademi ini adalah sekolah khusus para calon pejabat dan jenderal militer. Lulusan aka demi ini juga yang berhasil menahan upaya ku deta atas Raja Hasan pada Juli 1971 M.
Meski begitu, kota ini kaya akan monumen-monumen bersejarah, termasuk benteng, mu seum, mausoleum, kota tua, kota baru, dan tem pat lain yang laik dikunjungi. Pada 1996 M, Mek nes ditetapkan sebagai situs warisan dunia. Meski terpengaruh perkembangan arsitek tur militer, banyak bangunan bersejarah di Mek nes yang dibangun dengan gaya Hispano- Moor. Pendekatan desain urban juga ada di sana dan terlihat dari integrasi elemen era Islam dan gaya Eropa.
Selain dinding pelindung kota, Meknes pu nya sembilan gerbang, 25 masjid, 10 pemandian tradisional, istana-istana, tempat penyimpanan gandum, pasar, serta rumah-rumah pribadi yang menjadi saksi pergantian para raja dari Dinasti Murabithun, Marinid, dan Alawiyah.