REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Fajar Kurnianto
Sedekah tidak mesti berupa materi. Mengucapkan kata-kata yang baik juga termasuk sedekah. Rasulullah bersabda, "Tidak ada sedekah yang paling utama selain ucapan yang baik," (HR Al-Baihaqi). Pada hadis yang lain, Beliau SAW juga bersabda, "Tidak ada sedekah yang paling dicintai oleh Allah, selain ucapan yang baik." (HR Al-Baihaqi).
Ucapan yang baik isinya mengandung manfaat tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi orang lain. Bukan ucapan yang isinya adalah keburukan, seperti caci-maki, celaan, fitnah, gibah, namimah (adu-domba), kebohongan, penipuan, dan seterusnya. Dengan mengucapkan kata-kata yang baik, terutama kepada orang lain, seseorang berarti telah memberikan sedekah meskipun tidak berupa materi. Orang lain mendapatkan manfaat dari ucapan itu.
Bahkan, seperti dikatakan pada hadis di atas, ucapan yang baik termasuk sedekah yang paling utama. Selain itu, ucapan yang baik adalah salah satu bentuk sedekah yang amat dicintai Allah. Sebab, Allah memang tidak menyukai keburukan, baik itu berupa kata-kata maupun perbuatan. Allah hanya menyukai hal-hal yang baik. Dalam hadis, Nabi bersabda, "Wahai manusia, sesungguhnya Allah itu Mahabaik dan Dia tidak menerima kecuali hal-hal yang baik." (HR Muslim).
Orang yang suka mengucapkan kata-kata yang baik akan beruntung, tidak hanya di dunia tetapi juga di akhirat. Sebaliknya, orang yang suka mengucapkan kata-kata yang buruk akan menyesal. Abdullah bin Mas'ud (Ibnu Mas'ud) pernah berkata kepada lisannya, "Wahai lisanku, ucapkanlah kata-kata yang baik, niscaya engkau akan beruntung. Atau diamlah, jangan umbar kalimat keburukan, niscaya engkau akan selamat. Waspadalah sebelum menyesal."
Ibnu Rajab dalam kitab Jami' Al-Ulum wa Al-Hikam mengatakan, "Sesungguhnya setiap orang yang hidup di dunia sedang menanam kebaikan atau keburukan dengan perkataan dan perbuatannya. Kemudian, pada hari kiamat kelak, dia akan menuai apa yang dia tanam. Barang siapa yang menanam sesuatu yang baik dari ucapannya atau perbuatannya, dia akan menuai kemuliaan. Sebaliknya, barang siapa yang menanam sesuatu yang buruk dari perkataan atau perbuatannya, kelak ia akan menuai penyesalan."
Orang yang tidak menjaga lisannya dari kata-kata yang buruk, bahkan disebut Nabi sebagai orang yang tidak beriman. Beliau bersabda, "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir (kiamat), ucapkanlah kata-kata yang baik atau diamlah." (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Dalam kitab Raudhah Al-'Uqala wa Nazhah Al-Fudhala', Imam Ibnu Hibban Al-Busti berkata, "Orang yang berakal selayaknya lebih banyak diam daripada bicara. Hal itu karena betapa banyak orang yang menyesal karena bicara dan sedikit yang menyesal karena diam. Orang yang paling celaka dan paling besar mendapat bagian musibah adalah orang yang lisannya senantiasa berbicara, sedangkan pikirannya tidak digunakan."
Ucapan yang baik itu sendiri adalah karakter utama seorang Muslim. Dalam hadis disebutkan, seseorang bertanya kepada Nabi, "Siapakah orang Muslim yang paling baik?" Beliau menjawab, "Seseorang yang tidak mengganggu Muslim lainnya dengan lisan (ucapan) dan tangannya." (HR Al-Bukhari dan Muslim). Wallahu a'lam.