REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhammad Syafii Antonio
Allah memberi nama bulan yang hadir setelah Ramadhan dengan nama Syawal. Tentunya, pemberian nama itu mengandung hikmah. Secara kebahasaan Syawwaal berarti "bertambah", "tumbuh", "berkembang", dan "lebih besar dari sebelumnya."
Dari sisi makna sudah dapat ditebak bahwa Allah SWT mengharapkan bulan ini akan mewarnai sikap dan pola hidup Muslim setelah Ramadhan untuk menjadi lebih baik.
Seperti disampaikan Ibn Hummam, ulama klasik terkemuka, Ramadhan adalah bulan tarbiyyah dan pelatihan Muslim. Karena itu, bila setelah Ramadhan tidak terjadi peningkatan dalam kualtias kerja, ibadah, kepedulian dan ilmu kita maka sesungguhnya kita belum layak untuk masuk syawwaal atau berada dalam periode syawwaal. Kita jadi tidak peduli lagi dengan segala sesuatu yang masuk ke dalam perut kita baik halal maupun haram.
Indikatornya, tingkat inefisiensi di semua lapisan semakin tinggi, KKN tetap merajalela, kebocoran anggaran semakin tinggi, tingkat kemiskinan (minimnya direct income transfer dalam bentuk zakat infaq shadaqah) tidak pernah menurun. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah kegiatan ritual kita besilaturahmi. Ada dua hal yang harus kita cermati dalam silaturahmi ini.
Pertama, over-simplistic (terlalu menyederhanakan) makna agung ini kepada berjabat tangan di hari raya, menghadiahkan parsel, atau kirim pesan elektronik. Kedua, kurang tajamnya kita mengurai makna dari dua kata yang merangkai "silaturahmi". Silaturahmi berasal dari kata shilah dan rahiim.
Shilah masih satu rumpun dengan shalat yang berarti 'menghubungkan', 'mengaitkan', 'menjalin', dan juga 'doa.' Sementara rahiim adalah rahim (kandungan ibu) dari nama medis 'uterus' alias tempat bersemayamnya bayi selama 9 bulan 10 hari atau lebih.
Mengapa hubungan dan ukhuwah Islamiyah kita disimbolkan dengan dua hal ini? Pertama, kita harus menjalin networking, aliansi strategis dan menjalin kontak serta hubungan tak ubahnya kita melaksanakan hubungan dengan Allah dari waktu ke waktu minimal lima kali dalam sehari. Kedua, dengan rahiim memang Allah menginginkan hubungan sesama kita penuh dengan cinta kasih, perlindungan, dan pertahanan seperti yang diperankan seorang ibu terhadap putranya.