Jumat 21 Jun 2019 16:10 WIB

Seamolec dan NU Persiapkan Dai Milenial

Para dai yunior dan senior belajar pengemasan, retorika dan pengelolaan konten.

Nara sumber dan peserta pelatihan Dai Milenial yang diadakan oleh Seamolec dan Lembaga Dakwah PBNU.
Foto: Dok LDPBNU
Nara sumber dan peserta pelatihan Dai Milenial yang diadakan oleh Seamolec dan Lembaga Dakwah PBNU.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Era digital dinilai sangat berpengaruh terhadap kehidupan. Baik kehidupan bermasyarakat, bersosial bahkan beragama.

Pola kehidupan yang berlangsungpun, banyak generasi mileneal yang terpengaruh pada dunia maya. Dengan fasilitas internet, generasi milenial dapat mengakses media belajar, media hiburan ataupun media dakwah. 

Terkait hal tersebut, Seameo Regional Open Learning Centre (Seamolec) bekerja sama dengan Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LDPBNU) menyelenggarakan kegiatan bersama dalam program “Dai Milenial”. 

Kegiatan ini diadakan  di kantor pusat PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat,  21-22 Mei 2019. 

Seamolec adalah  organisasi yang berperan penting dalam pendidikan terbuka dan jarak jauh yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Salah satunya adalah internet.

“Seamolec mendukung sepenuhnya  setiap upaya LDPBNU dalam mengintegrasikan TIK pada aktivitas dakwah,” kata Direktur Seamolec, Dr  Alpha Amirrachman, saat memberikan kata sambutan pada pembukaan acara, Jumat (21/6) seperti dikutip dalam rilis yang diterima Republika.co.id. 

Ketua LDPBNU, KH Agus Salim secara resmi membuka kegiatan tersebut. Acara itu juga dihadiri Sekretaris LDPBNU, KH Bukhori Muslim;  dan Ketua Panitia, KH Masruhin Abdul Jalil.

“Program Dai Milenial ini bertujuan untuk memberikan bekal pada para dai NU untuk dapat berdakwah pada media sosial,” kata Masruhin Abdul Jalil.

Ia menjelaskan, program Dai Milenial diikuti sekitar 150 peserta. Mereka terdiri dari dai muda dan  dai senior. “Dalam program ini, mereka belajar tentang pengemasan konten dakwah, retorika dakwah, dan pengelolaan konten dakwah ke media sosial yang dimiliki. Sehingga, dakwah yang dilaksanakan dapat dinikmati oleh semua pengguna media sosial,” paparnya.

Sebagaimana diketahui, media sosial bisa menjadi senjata ampuh dalam berdakwah. Dengan media sosial, setiap individu dapat mengikuti dakwah baik secara live (siaran langsung) ataupun recorded (rekaman). Media sosial dapat menjangkau wilayah yang tidak dapat dijangkau dengan media dakwah bertemu langsung (tatap muka). 

“Program ini sangatlah penting dan akan terus dilanjutkan dan diperluas, serta melibatkan lebih banyak lagi dai,” tegas KH Agus Salim.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement