Kamis 20 Jun 2019 14:46 WIB

Maroko, Pusat Keunggulan Ilmu di Dunia Islam

Di Maroko, lahir dan berkembang para ahli ilmu di Dunia Islam

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Hasanul Rizqa
Bangunan bersejarah di Meknes, Maroko.
Foto: muchmarocco.com
Bangunan bersejarah di Meknes, Maroko.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menikmati zaman kegemilangan, Maroko menghasilkan sejumlah ilmuwan penting yang berperan dalam perkembangan sains. Di antara mereka adalah al-Marakushi dan Ibnu al-Banna.

Abdul Wahid al-Marakushi lahir di Marra kesh pada 1185 dan belajar di Fes sebelum merantau ke Spanyol setelah 1208. Pada 1217, Al-Marakushi pergi ke Mesir dan menetap di sana.

Baca Juga

Pada 1224 Al-Marakushi menyelesaikan naskah sejarah Dinasti Almohad, Kitab Almujib fi talkhis akhbar ahl al-Maghrib.

Adikarya al-Marakushi adalah Jami al- Mabadi wal- ghayat yang diselesaikan pada 1229-1230. Buku ini berisi kompilasi praktis instrumen astronomi dan trigonometri.

Al- Marakhushi diketahui akrab mendalami karya-karya al-Khwarizmi, al-Farghani, al- Battani, Abu-l Wafa, al-Biruni, Ibnu Sina, al-Zarqali, dan Jabir Ibnu Aflah.

Sementara itu, Ibnu al-Banna yang juga dikenal sebagai Abu'l-Abbas Ahmad ibnu Muhammad ibnu Uthman al-Azdi lahir pada 1256 di Marrakesh, meski ada pula yang menyebut al-Banna lahir di Spanyol dan pergi ke Afrika Utara untuk belajar.

Ibnu al- Banna mengajar di Fes. Ia ahli matematika dan terbilang produktif menulis. Ia melahirkan lebih dari 100 judul buku, sebanyak 32 di antaranya mengenai matematika dan astronomi. Sisanya berbicara berbagai topik, seperti linguistik, tata bahasa, dan logika.

Karena pemahaman dan ilmunya yang luas, Ibnu al-Banna sering dijuluki "ensiklopedia berjalan." Karena keilmuan itu pula ia sangat dihormati. Karya Ibnu al-Banna yang berjudul Tanbih al-ahbab merupakan buku yang aplikatif karena berisi penjelasan perhitungan irigasi dan pengukuran.

 

Rumahnya Pakar Geografi dan Pengelana

Selain bidang matematika, Maroko juga menghasilkan ilmuwan di bidang lain, seperti geografi. Salah satu pakar di bidang ini adalah al-Idrisi yang lahir di Ceuta, Maroko, pada 1099 atau 1100 dan wafat pada 1166. Meski wafat di Ceuta, al-Idrisi menghabiskan masa produktifnya di Palermo.

Pada usia 16 tahun, al-Idrisi sudah menjelajah Asia Kecil, Maroko, Spanyol, sebagian Prancis, dan Inggris. Tulisannya tentang Eropa begitu hidup dan akurat.

Al-Idrisi bisa dibilang merupakan yang pertama mencetuskan geografi matematis. Ia menciptakan sistem proyeksi silindris permukaan bumi yang beberapa abad kemudian pada 1569 diklaim oleh Flemish Gerard Mercator.

Di Palermo, al-Idrisi berada di bawah naungan Raja Roger III dan menulis al-Kitab al-Rujari (Buku Roger). Buku ini dinilai buku yang detail menjelaskan kondisi abad pertengahan. Buku ini memakan waktu 15 tahun dalam proses penulisannya.

Al-Idrisi kemudian menulis Nuzhat al-Mushtaq fi Ikhtiraq al-Afaaq yang merupakan ensiklopedia geografi yang lebih luas dari buku yang ia buat sebelumnya.

Penjelajah Muslim yang akrab di telinga banyak orang saat ini adalah Ibnu Batuta.

Ibnu Batuta lahir di Tangier pada 24 Februari 1304 dan wafat pada 1368. Ia meninggalkan Tangier pada 1325 saat usianya 21 tahun untuk pergi haji dan kembali ke Fes, Maroko hampir seperempat abad kemudian pada 1349. Namun, tak lama kemudian, ia kembali pergi ke Spanyol lalu mengunjungi Mali Madinka dan singgah di Timbuktu serta Gao.

Ia lalu kembali ke Maroko pada 1354. Ia mendedikasikan catatan perjalanannya bagi Ibnu Juzayy, seorang alim di Kerajaan Sultan Innan di Fes. Karya mahsyur Ibnu Batuta, Rihla, berisi catatan perjalanannya saat pergi ke India. Melalui jalur laut, ia menceritakan pula perjalanannya ke Cina, Jawa, dan Maladewa

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement