REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhammad Al Khaththath
Imam Ibnu Khuzaimah meriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw bersabda, "Bulan Ramadhan adalah bulan yang Allah telah mewajibkan atasmu berpuasa dan aku telah menyunahkan bagimu shalat malam. Siapa saja yang melaksanakan puasa dan shalat malam (tarawih) karena iman dan mengharapkan Allah, niscaya ia keluar dari dosanya seperti pada hari dia dilahirkan oleh ibunya."
Artinya, kita memulai menjalani kehidupan pasca-Ramadhan dengan lembaran baru yang, insya Allah, bersih dari dosa.
Persoalannya, bagaimana kita bersikap takwa kepada Allah SWT sebagai manifestasi keberhasilan ibadah puasa Ramadhan sebulan penuh itu?
Allah SWT menyuruh kepada setiap orang yang mengaku beriman kepada-Nya agar bertakwa dengan sebenar-benarnya takwa. "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam"(QS Ali Imran: 102).
Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir Al Quranul Azhim Juz I/388 mengatakan bahwa menurut Ibnu Abbas ayat "haqqa tuqaatihi'" itu berarti, antara lain, Allah SWT menuntut orang-orang Mukmin untuk bersungguh-sungguh dalam jihad mereka di jalan Allah, tidak surut dalam perjuangan menegakkan agama Allah, serta tetap berpegang teguh pada keadilan dan sikap lurus, sekalipun terhadap diri mereka sendiri, bapak-bapak mereka, maupun anak-anak mereka.
Secara umum pengertian takwa adalah menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, baik dalam urusan pribadi, keluarga, masyarakat, maupun negara. Allah SWT menuntut penyerahan jiwa dan raga kepada Islam secara total. Seorang muslim akan senantiasa bersikap takwa secara hakiki. Ia sadar bahwa takwa itu bukanlah sekedar jargon dan slogan, tetapi sebuah disiplin untuk menjaga dirinya dari sentuhan siksa di hari kiamat.
Takwa bukanlah teori normatif, tetapi sebuah sikap yang berhubungan dengan aktivitas riil yang dilakukan atau ditinggalkannya.
Menjaga disiplin shalat lima waktu; puasa Ramadhan; pergi haji; membaca Alquran; berjihad di bawah panji-panji kalimat tauhid di bawah komando kepala negara; menepati janji; maupun berdisiplin menjaga diri dari perkara yang haram; seperti tidak mau memakan riba, tidak memakan binatang yang diharamkan, tidak melibatkan diri dalam korupsi, tidak menzalimi rakyat kecil.
Semuanya itu adalah wujud ketakwaan. Akhirnya, sebagai manusia yang lemah, bagaimanapun seorang Muslim mesti berdoa agar menjadi manusia yang bertakwa di samping berusaha keras untuk mendisiplinkan diri menuju predikat pribadi muttaqin.