REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Imam Nur Suharno
Rasulullah SAW pernah bercerita, "Ada seorang lakilaki sedang berjalan di padang Sahara, sebuah tempat di muka bumi. Tiba-tiba ia mendengar suara dari atas awan, 'Turunkanlah hujan di kebun milik si Fulan!'"
Kemudian awan itu pun bergerak dan mencurahkan air hujan di atas tanah harrah (tanah yang berbatu hitam). Seketika salah satu dari parit-parit tanah harrah itu dipenuhi air. Lalu, laki-laki itu menelusuri jalannya air. Tiba-tiba ia melihat seseorang sedang mengatur aliran air dengan cangkulnya. Laki-laki itu berkata kepadanya, "Wahai hamba Allah, siapakah namamu?'' Si pemilik kebun menjawab, "Nama saya Fulan (persis seperti nama yang disebutkan di atas awan).''
Kemudian, si pemilik kebun balas bertanya, mengapa dia menanyakan namanya. Laki-laki itu pun bercerita apa yang baru didengarnya. "Apa yang telah engkau perbuat dengan kebunmu ini?'' tanyanya kemudian. Si pemilik kebun menjawab, "Aku selalu menunggu hasil dari kebunku ini. Dari hasilnya, aku selalu menyedekahkan sepertiganya, sedang aku dan keluargaku memakan sepertiganya dan Dia sepertiganya."
"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan) oleh orangorang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir pada tiap-tiap bulir 100 biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (QS al-Baqarah [2]: 261).
Allahu Akbar. Itulah indahnya berbagi. Apalagi, dalam berbagi itu dilakukan di hari yang fitri. Selain mengeratkan hati, juga banyak keutamaan. Berbagi dapat mengobati hati dari cinta duniawi. Sebab, terlalu larut dalam kecintaan duniawi dapat memalingkan jiwa dari kecintaan kepada Ilahi dan takut akan akhirat. Berbagi juga dapat mengembangkan kekayaan batin. Seseorang yang senang berbagi akan menumbuhkan semangat optimistis dan menambah kekayaan jiwa.
Dengan berbagi, berarti seseorang telah mampu menekan sifat egoisme dalam diri. Berbagi dapat menarik simpati masyarakat. Berbagi dapat mengikat hati antara orang kaya dan masyarakatnya, dengan ikatan yang kuat, penuh kecintaan, persaudaraan, dan saling menolong.
Apabila manusia mengetahui ada orang yang memberikan kebaikan, secara naluriah mereka akan senang dan jiwa mereka pasti akan tertarik kepadanya. Dalam hal ini, Nabi SAW bersabda, "Secara otomatis hati akan tertarik untuk mencintai orang yang berbuat baik kepadanya dan membenci orang yang berbuat jahat kepadanya." (HR Ibnu Adi).
Semoga Allah membimbing kita, kaum Muslimin agar menjadi insan yang senang berbagi kepada sesama dan mengantarkan kepada tautan hati menjadi suci. Amin.