Selasa 04 Jun 2019 23:43 WIB

Ramadhan Seperti Telaga yang Penuh Berkah

Inilah rahasianya mengapa ibadah Ramadhan ditutup dengan Idul Fitri

Ilustrasi Ramadhan
Foto: Reuters/Nikola Solic
Ilustrasi Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Arif Munandar Riswanto     

Ramadhan bagaikan sebuah telaga yang sangat besar. Di dalam telaga tersebut berisi kekayaan yang melimpah ruah. Ia mengalirkan air yang sangat jernih, sejuk, dan tidak pernah kering. Segala kebutuhan yang diperlukan oleh manusia bisa terpenuhi di dalam telaga tersebut. Manusia bisa membersihkan kotoran, memenuhi hajat hidup, dan mendapatkan berbagai kekayaan dari telaga tersebut.

Baca Juga

"Shalat lima waktu, Jumat ke Jumat, dan Ramadhan ke Ramadhan akan menjadi kifarat dosa selama menjauhi dosa-dosa besar," (HR Muslim).

Meskipun telaga yang luas dan jernih tersebut telah menghampar di depan mata, dan pula telah dilalui, tidak semua orang bisa memanfaatkannya dengan benar. "Banyak orang yang shaum (berpuasa), tetapi tidak mendapatkan apa-apa dari shaumnya kecuali hanya rasa lapar dan dahaga," (HR Ahmad).

Orang-orang yang seperti itu adalah orang-orang yang tidak bisa memanfaatkan telaga Ramadhan dengan baik. Telaga tersebut dibiarkan lewat begitu saja. Bahkan, mereka cenderung menjauhinya. Sebab, puasa dianggapnya hanya sekadar menahan makan dan minum. Dengan demikian, telaga tersebut tidak bisa didekati dengan rasa lapar dan haus.

Jika rasa lapar dan dahaga tidak cukup untuk mengantarkan seseorang kepada telaga Ramadhan, maka telaga tersebut harus didekati dengan iman dan muhasabah. "Barangsiapa yang puasa Ramadhan dengan penuh iman dan pengharapan, maka segala dosanya yang terdahulu akan diampuni," (HR Bukhari dan Muslim).

Secara etimologi, iman berarti 'percaya', sedangkan muhasabah berarti 'introspeksi.' Ketika mengomentari hadis tersebut, An-Nawawi menerangkan bahwa iman adalah percaya bahwa shaum adalah kebenaran yang memiliki keutamaan, sedangkan muhasabah berarti mengharap ridha Allah semata.

Telaga Ramadhan tidak bisa didekati hanya dengan rasa lapar dan dahaga. Sebab, ibadah shaum (puasa) bukan ibadah simbolik-ritual semata.

Telaga Ramadhan harus didekati dengan ibadah substantif yang harus meresap ke dalam hati. Jika shaum kita pada 30 hari silam bisa dilakukan dengan penuh keimanan dan muhasabah serta ikhlas, maka segala manfaat yang ada di dalam telaga Ramadhan pasti akan bisa diambil.

Orang-orang yang bisa memanfaatkan telaga Ramadhan dengan baik, dialah orang-orang yang kembali kepada fitrah (suci). Dosa-dosa dari orang-orang seperti itu akan diampuni dan mereka berhak membawa segala bentuk kekayaan yang ada di dalam perut telaga Ramadhan.

Inilah rahasia mengapa ibadah Ramadhan ditutup dengan perayaan Idul Fitri. Secara etimologi Idul Fitri berarti 'kembali kepada fitrah.'

Fitrah ketika manusia bisa kembali kepada nilai-nilainya yang asasi dan belum pernah terkontaminasi oleh nafsu-nafsu duniawi. Mudah-mudahan kita memeroleh manfaat besar dari telaga Ramadhan ini, yakni bertambahnya iman dan kebiasaan bermuhasabah.

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement