REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Agama (Kemenag) akan intensif menggelar petemuan untuk membuat penyatuan kalender Hijriyah, sehingga tidak ada lagi perbedaan di kalangan umat Islam di dalam merayakan hari-hari besar umat Islam.
"Setelah Ramadhan ini kita bisa mengadakan pertemuan intensif dalam rangka penyatuan kalender Hijriyah," ujar Lukman usai memimpin sidang isbat penetapan Hari Raya Idul Fitri 1440 Hijriyah di Kantor Kemenag, Jalan Thamrin, Jakarta Pusat, Senin (3/6) malam.
Dalam waktu dekat ini, menurut Lukman, Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga akan mengadakan forum kajian ilmiah yang dihadiri oleh sejumlah para pakar ilmu falak-astronomi. Setelah itu, dilanjutkan dengan pertemuan intensif dengan perwakilan umat Islam untuk membahas kalender Hijriyah bersama itu.
"Untuk kemudian melakukan pertemuan intensif yang kemudian diperluas oleh seluruh wakil dari ormas-ormas Islam, sehingga harapannya tentu kita memiliki kalender Hijriyah yang bisa disepakati bersama," ucap Lukman.
Di tempat yang sama, Ketua Komisi VIII DPR, Ali Taher menyatakan bahwa DPR sampai saat ini masih terus mendorong adanya penyatuan kalender Hijriyah atau kelander Hijriyah permanen. Dengan demikian, tak ada lagi perbedaan pandangan dalam penetapan awal Ramadhan, Syawal, dan awal Dzulhijah.
"DPR terus mendorong pemerintah untuk supaya terus mengkaji, terus melakukan ikhtiar untuk membangun dan membuat kalender bersama," ujar Ali Taher.