Kamis 30 May 2019 14:11 WIB

Siapa Mehmet Baru Usai 566 Tahun Penaklukan Konstantinopel?

Mungkinkah sosok seperti Sultan Mehmed II akan muncul kembali?

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Muhammad Subarkah
Pemandangan di depan Restoran pubik di Selat Bosporus, Istambul Turki.
Foto: Muharom Ahmad
Pemandangan di depan Restoran pubik di Selat Bosporus, Istambul Turki.

REPUBLIKA.CO.ID, Sultan Mehmed II menjadi jawaban dari ramalan Rasulullah SAW yang tertera pada sebuah hadits. Hadits tersebut mendorong Sultan Mehmed II untuk berusaha keras menaklukkan Konstantinopel. Berbagai metode dan strategi dilakukan meskipun tak jarang menemui kegagalan.

“Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan,” (HR Ahmad bin Hanval Al Musnad).

Pada 20 Jumadil Awal 857 H bertepatan dengan 29 Mei 1453 M, Al-Fatih beserta bala tentaranya berhasil menaklukkan Konstantinopel. Dia memasuki wilayah Konstantinopel dengan membawa serta kapal-kapal mereka melalui perbukitan Galata, untuk memasuki titik terlemah Konstantinopel, yaitu Selat Golden Horn.

Ketika itu, Sultan Mehmed II beserta ribuan tentaranya menarik kapal-kapal mereka melalui darat. Meski ada tentaranya mengatakan kemustahilan untuk melakukan strategi tersebut, namun Sultan Mehmed II tidak gentar. “Dia dengan tegas mengatakan kepada seluruh tentaranya untuk bergegas dan melaksanakan strategi tersebut,” ungkap Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Guru Indonesia (IGI), Muhammad Ramli Rahim, mengisahkan kisah tersebut, Rabu (29/5).

Sebanyak 70 kapal diseberangkan melalui bukit hanya dalam satu malam, kehebatannya ini membuat Sastrawan Yoilmaz Oztuna berkata, ‘Tidaklah kami pernah melihat atau mendengar hal ajaib seperti ini, Mehmed telah menukar darat menjadi lautan dan melayarkan kapalnya di puncak gunung. Bahkan usahanya ini mengungguli apa yang pernah diilakukan oleh Alexander The Great’.

“Tapi ada hal-hal yang luar biasa dibalik sukses Sultan Mehmed II, hingga ia mampu melindungi seluruh rakyat di sana, baik Muslim maupun non-Muslim,” kata Ramli.

Sehari sebelum berjalannya strategi itu, ia memerintahkan semua tentaranya untuk berpuasa pada siang hari dan shalat Tahajud pada malam harinya sebelum berperang untuk meminta kemenangan pada Allah swt. Alhasil, Sultan Mehmed II berhasil membawa kemenangan dengan menaklukkan Konstantinopel dan memimpinnya menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Setelah kemenangan itu, Sultan Mehmed II kemudian diberi gelar Sultan Muhammad Al-Fatih, sang penakluk konstantinopel yang mewujudkan janji Rasulullah SAW. Sultan Mehmed II memang terkenal sebagai sultan yang saleh.

Semasa hidupnya, dia tidak pernah meninggalkan shalat fardu, shalat sunah, shalat Tahajud, dan berpuasa. Sejak ia berusia delapan tahun, ia telah menghafal Alquran dan menguasai tujuh bahasa berbeda, yaitu Arab, Latin, Yunani, Serbia, Turki, Parsi, dan Ibrani.

Setelah ia memimpin Konstantinopel selama 19 tahun, dia berencana menaklukkan Roma, hanya saja, saat ingin melaksanakan cita-citanya, Al-Fatih wafat. Dia menghadap Ilahi pada 3 Mei 1481 karena sakit sewaktu dalam perjalanan jihad menuju pusat Imperium Romawi Barat di Roma, Italia.

“Ada yang mengatakan wafatnya Sultan Muhammad al-Fatih karena diracuni oleh dokter pribadinya Ya’qub Basya. Wallahualam ya,” ucap Ramli lagi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement