Kamis 06 Jun 2019 05:25 WIB

Tiga Matematikawan Muslim yang Berjasa untuk Dunia

Dunia, menurut J J O'Connor dan E F Robertson, berutang pada matematikawan Muslim.

Ilmuwan Muslim.
Foto: Metaexistence.org
Ilmuwan Muslim.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  -- Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang memiliki akar sejarah yang kuat dalam peradaban manusia. Bangsa Yunani kuno mengenalnya dengan istilah "mathematike" yang berarti ilmu pengetahuan dan berkorelasi kuat dengan terma "mathein", yaitu belajar dan berpikir.

Kajian terhadap ilmu ini secara sistematis sudah berlangsung pada masa Yunani kuno antara abad 600 dan 300 sebelum Masehi.

Secara silih berganti, peradaban mewariskan jasanya masing-masing dalam pembentukan metodologi dan epistemologi matematika. Begitu juga peradaban Islam yang berjaya pada Abad Pertengahan.

Dunia, menurut J J O'Connor dan E F Robertson, berutang pada matematikawan Muslim. Laju pesat matematika pada abad ke-16 hingga ke-18 tak bisa terlepaskan dari sumbangsih pemikiran ilmuwan Muslim pada abad-abad sebelumnya. Berikut ini di antara matematikawan Muslim yang brilian:  

Al-Khawarizmi (780-850 M)

Pemilik nama lengkap Abu Ja'far Muhammad Ibn Musa al-Khawarizmi telah memperkenalkan aljabar dan hisab. Di antaranya, cos, sin, dan tan dalam trigonometri.

Selain itu, pengetahuan tentang perbintangan yang melibatkan kajian tentang kedudukan, pergerakan, pemikiran, serta tafsiran (ilmu astronomi) ini yang membuat al-Khawarizmi terkenal.

Penggunaan matematika dalam astronomi sebelum peradaban Islam amat sedikit dan terbatas karena menggunakan aritmatika dan geometri saja.

Al-Buzjani (940-997 M)

Ilmuwan Muslim yang ahli di bidang ilmu matematika dan astronomi ini berhasil mengembangkam beberapa teori penting di bidang matematika, utamanya geometri dan trigonometri.

Di bidang ilmu geometri, tokoh yang bernama lengkap Abu Wafa Muhammad al-Buzjani ini memberikan kontribusi signifikan bagi pemecahan soal-soal geometri dengan menggunakan kompas.

Ilmuwan yang dilahirkan di Buzjan, Nishapur (Iran), ini merupakan orang pertama yang menunjukkan adanya teori telatif segitiga parabola dan mengembangkan metode baru tentang konstruksi segi empat serta perbaikan nilai sinus 30 dengan memakai delapan desimal.

Al-Biruni (973-1048 M)

Sumbangan al-Biruni pada bidang matematika melalui penelitiannya sudah dimulai sejak berusia 17 tahun. Ketika itu, dia telah meneliti garis lintang bagi Kath, Khawarazm, dengan menggunakan altitufe maksima matahari.

Adapun, hasil karya Abu Raihan al-Biruni, begitu nama lengkapnya, terangkum dalam tak kurang dari 120 buku karangannya. Di antaranya, Arimatika Teoritis dan Praktis, Analisis Kombinatorial, Kaidah Angkat Tiga, dan Bilangan Irasional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement