REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengukuran banjir dengan Nilometer menjadi hal yang penting bagi para penguasa, khalifah, dan masyarakat umum Mesir. Selama bulan-bulan di musim panas, Nilometer Kairo digunakan untuk mengatur distribusi air serta untuk menghitung pungutan dari pajak yang dibayar sebagai upeti oleh Mesir kepada para khalifah.
Karena pentingnya dalam menentukan kemakmuran daerah, Nilometer Kairo menjadi bintang dalam Festival Pembukaan Terusan Fath al- Khalij pada abad pertengahan yang berlangsung selama beberapa hari. Terusan Khalij dibuka ketika tingkat air Sungai Nil yang diukur Nilometer mencapai 16 hasta.
Ketika ketinggian air mencapai 16 hasta, banjir musim panas dari Sungai Nil digunakan untuk mengisi kanal. Selama festival, berbagai kapal akan menghiasi permukaan sungai. Festival itu disebut-sebut sebagai festival Kairo yang paling spektakuler. Namun, festival tersebut bukan perayaan tahunan.
Ketika permukaan air Sungai Nil tidak mencapai 16 hasta, perayaan dibatalkan, dan diganti dengan doa dan puasa bersama yang diharapkan dapat menangkal kekeringan dan kelaparan. Catatan lengkap ketinggian air Sungai Nil dari Nilometer inilah yang membuatnya unik dan menjadi bahan penelitian berbagai ilmuwan sejak awal abad ke-20.
Data yang dikumpulkan dari Sungai Nil telah memacu pengembangan seluruh bidang matematika bersaman dengan bidang statistik yang berkaitan dengan memori masa lampau. Ahli hidrologi Mesir Omar Toussoun yang telah mengumpulkan data ketinggian air Sungai Nil dari tahun 611 sampai 1921 mengatakan, terdapat suatu kurun waktu yang luar biasa dari sejarah kadar air minimum dan maksimum Sungai Nil. Lalu, ahli statistik dari Imperial College, London, Brandon J Whitcher, mempelajari variasi permukaan air Sungai Nil dari tahun 622 M hingga 1284 M.