Rabu 22 May 2019 17:34 WIB

Belajar Sejarah Kairo di Taman al-Azhar

Taman al-Azhar dilengkapi dengan museum yang merekam sejarah Kairo.

Taman al-Azhar
Foto: yourholidayshome.com
Taman al-Azhar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Taman al-Azhar ini harusnya bisa menjadi sumber inspirasi yang baik buat pengelola ruang terbuka di Tanah Air. Selain konsep arsitekturnya, ada hal lain yang cukup menarik untuk ditiru. Tak perlu biaya besar kok untuk mewujudkannya. Yang dibutuhkan hanya nyali besar untuk menerapkan aturan sebagaimana di Taman al- Azhar. 

Taman al-Azhar ternyata lebih ditujukan bagi ruang berkumpul keluarga. Tak diperbolehkan pasangan muda-mudi duduk berduaduaan, apalagi bermesraan. Bahkan, mereka yang berstatus suami-istri pun dilarang pamer kemesraan di sini.

Baca Juga

Untuk menerapkan aturan ini, taman ini memiliki petugas semacam ‘’polisi moral’’. Tugasnya bukan untuk mengatur lalu lintas kendaraan di sekitar taman, melainkan mengawasi dan menegur siapa saja yang bermaksiat di taman ini. 

Nah, coba bayangkan, jika polisi semacam ini dihadirkan di Taman Monas dan taman-taman lainnya di Indonesia. Tentu, taman-taman kita akan menjadi tempat yang indah sekaligus bersahabat bagi semua keluarga, terutama anak-anak. 

Taman al-Azhar bukan ruang publik biasa. Sebaliknya, ada pesan penting yang ingin disampaikan dari Taman al-Azhar. Meminjam istilah Bung Karno, maka pesan yang ingin disampaikan taman ini adalah ‘’jas merah’’ alias jangan melupakan sejarah.

Agar jangan sampai melupakan sejarah maka Taman al-Azhar dilengkapi dengan museum yang merekam sejarah Kairo. Lokasinya ada di sisi utara taman. Selain museum, tempat bernama Urban Plaza ini juga memiliki area parkir bawah tanah, toko, serta fasilitas kebudayaan. 

Nah, museum ini secara jelas merekam evolusi ibu kota Mesir, Kairo, mulai dari sejarahnya, arsitekturnya, dan sisi-sisi budaya lainnya. Dari area museum, pengunjung juga bisa melihat sisa-sisa kejayaan Mesir lewat panorama benteng Shalahuddin al-Ayyubi serta Masjid Muhammad Ali. Benteng Shalahuddin ini berketinggian 10 meter.

Benteng ini dibangun oleh panglima perang Islam yang pernah menaklukkan Yerussalem. Benteng ini dibangun oleh Shalahuddin pada 1176-1183 M sebagai basis pertahanan Kota Kairo atas ekspansi pasukan Salib. Sementara Masjid Muhammad Ali dibangun pada 1830-1848 M. Muhammad Ali Pasha memerintahkan membangun masjid ini untuk mengenang putra sulungnya, Tusun Pasha, yang wafat pada 1816 M. 

Berdiri megah di kejauhan, Benteng Shalahuddin dan Masjid Muhammad Ali, membuat panorama Taman al-Azhar kian indah saja

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement