Senin 13 May 2019 14:30 WIB

Ubadah Bin Shamit Mengkritik Pemimpin

Ubadah bin Shamit merupakan sahabat Rasulullah yang berasal dari kaum Anshar.

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Hijrah, ilustrasi

Ubadah juga pernah berada di Palestina untuk beberapa waktu dalam melaksanakan tugas sucinya, sedang yang menjalankan pemerintahan ketika itu adalah Muawiyah. Ubadah termasuk rombongan perintis yang telah dididik oleh Nabi Muhammad SAW dengan tangannya sendiri, yang telah beroleh limpahan mental, cahaya, dan kebesarannya.

Berkata Ubadah bin Shamit RA, Kami telah baiat kepada Rasulullah SAW, tidak takut akan ancaman siapa pun dalam menaati Allah!Suatu ketika penduduk Palestina menyaksikan peristiwa luar biasa. Tersiarlah berita ke sebagian besar negeri Islam tentang perlawanan berani yang dilancarkan Ubadah terhadap Muawiyah, sehingga menjadi contoh teladan bagi mereka.

Bagaimana pun juga terkenalnya Muawiyah sebagai orang yang gigih dan ulet, tetapi sikap dan pendirian Ubadah tidak urung menyebabkan sesak nafas.Hal itu dipandangnya sebagai ancaman langsung terhadap wibawa dan kekuasaannya.

Ubadah juga melihat jarak pemisah di antara dirinya dengan Muawiyah kian bertambah lebar. Akhirnya, ia berkata kepada Muawiyah, Demi Allah, aku tidak ingin tinggal sekediaman denganmu untuk selama-lamanya! Lalu Ubadah pun meninggalkan Palestina dan berangkat ke Madinah.

Suatu ketika, Umar RA melihat Ubadah telah berada di Kota Madinah, ia bertanya, Apa yang menyebabkanmu ke sini, wahai Ubadah? Lalu diceritakanlah peristiwa yang terjadi antara dirinya dengan Muawiyah. Umar berkata, Kembalilah segera ke tempatmu!Amat buruk jadinya suatu negeri yang tidak memiliki orang sepertimu.

Kepada Muawiyah juga dikirim surat yang di antara isinya terdapat kalimat, Tak ada wewenangmu sebagai amir terhadap Ubadah.

Memang, Ubadah menjadi amir bagi dirinya. Jika Umar al-Faruq sendiri telah memberikan penghormatan kepada seseorang setinggi ini, tentulah dia seorang besar! Dan sungguh, Ubadah adalah seorang besar, baik karena keimanan maupun karena keteguhan hati dan kelurusan jalan hidupnya.

Pada tahun 34 Hijriyah, ia meninggal dunia di Ramlah, Palestina. Utusan Anshar khususnya dan agama Islam pada umumnya ini meninggalkan teladan yang tinggi dalam arena kehidupan. Ia seorang penegak kebenaran dan pelurus penyelewengan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement