Sabtu 11 May 2019 21:48 WIB

Merintis Program Menghafal Alquran

Minat masyarakat menghafal Alquran begitu tinggi

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Agung Sasongko
Alquran
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Alquran

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Tingginya minat masyarakat untuk kembali mempelajari Alquran dalam sepuluh tahun belakangan tak lepas dari berbagai program tahsin dan tahfiz di Tanah Air. Ratusan ribu Muslim dari berbagai usia seolah ber lomba mengikuti program untuk menghafal Alquran.

Pesantren Daarul Qur'an (Daqu) men jadi salah satu lembaga yang memiliki prog ram rumah tahfiz terbanyak di Tanah Air. Pesantren yang didirikan oleh Ustaz Yu suf Mansur ini dibangun pada 2003. Selama lebih 16 tahun berjalan, Daqu telah memiliki 36 pesantren.

Direktur Utama PPPA Daqu, Ustaz Tarmizi As Shidiq, menyebut, awalnya Daqu hanya memiliki delapan santri. Tapi, kini jumlah santrinya lebih dari 50 ribu dengan jumlah rumah tahfiz bimbingannya seba nyak 1.027. Target hafalannya satu bulan satu juz dengan jenjang pendidikan di ru mah tahfiz selama tiga tahun.

Pesantren tahfiz Daqu tidak hanya di In donesia, tapi juga ada di mancanegara, se perti Taiwan dan Hong Kong. "Sistem yang dipakai macam-macam. Ada yang pesantren khusus menghafal Alquran, lalu santrinya mengikuti program persamaan sekolah. Tapi ada juga pesantren yang meng hafal Alquran dan mengikuti kurikulum pendidikan na sional," ujar dia, belum lama ini.

Dalam perkembangannya, kurikulum yang digunakan di pesantren mengambil da ri kurikulum yang digunakan di pesan tren-pesantren lama yang sudah ada sebe lumnya. Pesantren-pesantren tersebut sebetulnya sudah memiliki program tahfiz, tapi dalam perjalanannya tidak terkelola dengan baik.

Ketua Daqu Ustaz Ahmad Jameel menyebut, meski menggunakan kurikulum dari pesantren-pesantren lama, Daqu memiliki kurikulum sendiri yang disebut Ku rikulum Daarul Qur'an atau Kurdaqu. Kurikulum ini terdiri atas dirasah Islamiyah dan memiliki muatan ilmu nahu, saraf, mantiq, dan balaghah. Lewat kurikulum tersebut, santri juga diajarkan tentang fikih dan tauhid.

Ke depannya, Daqu memiliki mimpi membangun 100 pesantren di 100 kota di lima benua. Mimpi ini dikenal dengan istilah "Dream 5 Benua". Daqu bercita-cita bisa menjadi pusat pembibitan hafiz tidak hanya di Indonesia.

"Untuk mewujudkan itu, Daarul Quran sejak lama sudah menyiapkan kader-kader tahfiz yang memiliki jiwa kepemimpinan. Perlu disiapkan sumber daya manusia yang unggul dan siap menjadi guru. Tiga sampai lima tahun lalu kita mulai mengirim kaderkader ke berbagai kampus dan mulai proses kaderisasi," ujar Ustaz Jameel.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement