REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhammad Al Khaththath
Rasulullah SAW menegaskan, "Bulan Ramadhan adalah bulan memberikan pertolongan" (HR Ibnu Khuzaimah). Ramadhan secara etimologis artinya panas terik. Dan bulan Ramadhan, demikian orang Arab menamakan, adalah bulan yang musim gurun pasir sedang panas teriknya. Pada bulan ini, Allah SWT mewajibkan orang-orang mukmin berpuasa agar menjadi orang yang bertakwa.
Pada bulan ini kaum Muslimin secara riil merasakan apa yang biasa dialami oleh kaum dhuafa, yakni lapar dan haus. Bedanya, kaum fakir miskin biasa kelaparan karena memang tidak ada yang dimakan dan diminum. Tetapi, kita sengaja berlapar-lapar (sekalipun memiliki makanan yang cukup) karena menjalankan perintah dan syariat Allah SWT demi menggapai pahala dan ridha-Nya.
Dalam dimensi sosial, kita dilatih untuk memiliki jiwa solidaritas dan kepedulian sosial, khususnya kepada kaum dhuafa. Pernah seorang ulama salaf ditanya, mengapa disyariatkan puasa? Dia menjawab, "Supaya orang kaya bisa merasakan bagaimana rasanya lapar, agar tidak melupakan orang yang lapar."
Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah beriman kepadaku (diulang tiga kali), orang yang tidur kekenyangan di malam hari, padahal tetangganya dalam keadaan lapar sementara dia tahu keadaan itu."
Ini adalah bulan solidaritas kaum Muslimin terhadap kaum dhuafa. Di samping merasakan lapar dan haus yang sama, kita juga disunahkan memberi makan orang yang berpuasa, khususnya fakir miskin.
Tindakan ini, kata nabi, dibalas dengan tiga ganjaran, yaitu: diampuni dosa-dosa, dibebaskan dari api neraka, dan diberi pahala seperti orang yang berpuasa tersebut.
Tentu tak cukup makanan berbuka, kita perlu membantu kaum dhuafa dengan harta kelebihan kita untuk keperluan-keperluannya yang lain. Mereka perlu makan sahur.
Mereka perlu bergembira di hari raya. Mereka ingin pula membahagiakan anak-anak mereka. Wajarlah Nabi SAW menyebut Ramadhan sebagai syahrul muwaasah, bulan memberi pertolongan. Oleh karena itu, di antara kita yang wajib zakat perlu segera memberikan zakatnya kepada mereka agar mereka bisa lebih kuat lagi dalam menapaki hidup dan bergembira menggiatkan ibadah pada bulan penuh berkah ini.
Kita tentu tidak berharap bahwa mereka harus bekerja keras membanting tulang ke sana kemari tanpa hasil, penuh duka, dan putus asa, lebih-lebih bocor puasa. Kalaupun kita belum wajib zakat, perlu kita berikan sedekah kepada mereka.
Dalam keterangan lain Nabi saw mengatakan, "Sebaik-baik sedekah adalah yang diberikan di bulan Ramadhan." Ya, kaum dhuafa biasanya tidak hanya minus dalam harta. Mereka umumnya minus pula dalam kesehatan, pendidikan, informasi, wawasan, dan keterampilan. Bahkan, bukan tidak mungkin mereka minus dalam pengetahuan syariah agama Allah SWT. Bagaimana menolong mereka sebagai rasa solidaritas kita sesama Muslim?
Perlu ide-ide kreatif demi memberikan sebagian kelebihan kita untuk mengentaskan mereka. Perlu ada kemauan bersama dan solidaritas kolektif. Perlu ada gerakan bersama, yang bisa kita awali dari bulan Ramadhan ini untuk memberikan dorongan kekuatan kepada kalangan dhuafa agar mereka bangkit memperbaiki nasibnya.
Perhatian, bantuan pemikiran, dan ide-ide kreatif, bantuan tenaga, bantuan wawasan, dan bantuan finansial untuk meningkatkan SDM mereka mudah-mudahan membuat mereka bangga dan bahagia.
Mungkin bisa kita mulai dari menggiatkan buka puasa bersama, shalat lima waktu bersama, tarawih bersama, tadarus bersama, yang diisi dengan perbincangan maupun hal-hal lain untuk maksud di atas.
Ukhuwah dan kebersamaan yang kita tumbuhkan dalam masyarakat lingkungan kita akan menjadi modal besar bagi kaum dhuafa untuk bangkit. Mereka merasa sendiri, apalagi kecil dan lemah. Islam mengajarkan agar kita senantiasa saling mengisi satu sama lain (yasuddu ba'dluhum ba'dla).
Islam mengajarkan kita untuk berserikat dalam berusaha dan berjamaah dalam hidup. Di situlah kekuatan kita. Nabi Muhammad bersabda, "Allah senantiasa bakal menolong hamba-Nya selama hamba itu menolong saudaranya."