Selasa 07 May 2019 15:45 WIB

Kesabaran Hindun Binti Amru Bin Haram

Hindun Binti Amru Bin Haram kehilangan tiga orang yang syahid berperang.

Ilustrasi Perempuan Salehah
Foto:

Hindun lega dan bahagia. Ia berkata, “Ya Rasulullah. Doakanlah kepada Allah agar aku termasuk golongan mereka juga.” Rasulullah menjawab, “Wahai Hindun, engkau memiliki kesabaran yang tinggi, keimanan yang luhur, dan kepercayaan yang kuat kepada apa yang berada di sisi Allah, engkau tidak pernah berkeluh kesah dalam menempuh kehidupan ini. Sebaliknya, engkau sangat mencintai apa yang berada di sisi Allah.”

Jawaban Rasulullah membuat Hin dun tenang dan semakin kokoh keimanannya kepada Allah dan Rasulullah. Dia tegar dan ikhlas walaupun harus kehilangan suami, anak, dan saudaranya. Namun, Rasulullah menjamin, kelak Hindun bersama keluarganya akan berkumpul di surga.

Sekeluarga masuk Islam

Hindun menikah dengan Amru ibnul Jamuh yang saat itu memimpin Bani Salamah di Yastrib. Walaupun kaki Amru cacat (pincang—Red), ia termasuk pemimpin yang disegani. Mereka dikaruniai tiga putra, yaitu Mu’awadz, Mu’adz, dan Khalad. Sebagai pemimpin pada masa jahiliah, kediaman Hindun dipenuhi dengan berhala tempat pemujaan. Patung-patung itu diberi nama Manat. Bahannya terbuat dari kayu dengan harganya yang mahal.

Satu per satu anak-anak Hindun masuk Islam tanpa diketahui sang ayah. Sosok yang berada di balik ikrar syahadat mereka ialah Mush’ab bin Umair yang berjuluk Duta Islam. Hindun lantas mengikuti jejak buah hatinya. Bila perkara ini diendus Amru bin Jamuh, bisa jadi mengundang murka dari sang suami. Di te ngah kekhawatiran itu muncul k resahan bila suaminya yang telah berusia 60 tahun itu akan meninggal dalam kondisi kafir.

Lambat laun Amru curiga dengan keislaman anak-anaknya. Ia meminta istrinya menjaga anak-anaknya agar tidak terpengaruh Mus’abh bin Umair. Ketiga anaknya harus meme gang teguh kepercayaan nenek mo yang. Hindun tidak mau menyinggung suaminya. Dengan lembut dan kasih sayang, ia mengatakan, “Apakah kau pernah mendengar anak kita mengenal pemuda itu (Mus’abh bin Umair— Red)?” Amru balik bertanya, “Apakah Mu’adz telah masuk agama orang itu?”

Hindun berusaha menenteramkan hati suaminya. “Bukan begitu. Tetapi, Mu’adz pernah hadir dalam majelis pemuda itu. Mu’adz ingat kata-kata nya,” jawab Hindun. Suaminya sempat kaget. Ia memanggil Mu’adz dan memintanya menjelaskan segala informasi yang ia peroleh dari Mus’abh bin Umair.

Mu’adz pun hadir. Ia membacakan surah al-Fatihah di hadapan ayahnya. Lantunan ayat-ayat Allah yang dibacakan anaknya telah menggetarkan hati Amru. Ia pun tertarik mengikuti agama Rasulullah dan meninggalkan semua berhala yang ada di rumahnya. Hindun sangat bersyukur, kini semua anggota keluarganya beriman kepada Allah dan Rasulullah.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement