REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Nidia Zuraya
Sebagai agama yang tak hanya dianut bangsa-bangsa di Semenanjung Arab, tentu akan sulit bagi umat Islam dari non-Arab untuk bisa memahami isi dan makna ajaran yang terkandung dalam kitab suci Alquran. Atas dasar pertimbangan itulah, Alquran diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa di dunia.
Yang melatarbelakangi dilakukannya penerjemahan adalah kebutuhan kaum Muslim non-Arab untuk memahami isi dan kandungan Alquran, khususnya yang tinggal di belahan timur dunia, seperti Persia, Turki, dan Asia Tenggara,” ungkap Guru Besar Sastra Arab pada Universitas Islam Madinah, Syekh Tamir Salum.
Upaya-upaya penerjemahan Alquran ke dalam bahasa lain telah dirintis sejak abad ke-12 Masehi oleh orang-orang Eropa. Karenanya, tak mengherankan jika sebagian besar dari terjemahan Alquran ini ditemukan dalam berbagai bahasa Eropa.
El-Hurr dalam tulisannya yang berjudul Barat dan Alquran: Antara Ilmu dan Tendensi mengungkapkan, mayoritas penerjemahan Alquran oleh orang-orang Eropa tersebut dilakukan berdasarkan pesanan gereja ataupun penguasa-penguasa Barat.
Ketika Barat Menerjemahkan Alquran
Namun, tujuan penerjemahan Alquran yang dilakukan oleh orang-orang Barat non-Muslim itu dalam kenyataan di lapangan berbeda dengan tujuan penerjemahan Alquran yang dilakukan oleh umat Islam sendiri. Lalu, apa sebenarnya tujuan penerjemahan Alquran yang telah dilakukan oleh bangsa Barat ini?
Alquran adalah satu-satunya kitab langit yang tidak mengalami perubahan dari sejak diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW hingga hari ini. Bagi umat Islam, Alquran merupakan dasar hukum dan nilai sekaligus sumber keilmuan. Alquran telah meletakkan batu bangunan peradaban kurang lebih seperempat penduduk bumi yang mayoritas berada di daerah timur.
Bagi bangsa-bangsa Barat, tentu saja Alquran merupakan pintu masuk untuk memahami pemikiran umat Islam. Atas dasar inilah, kemudian sejak dini Barat melakukan usaha penerjemahan Alquran ke dalam berbagai bahasa Eropa dengan gencar.
Kekuasaan kekhalifahan Islam yang merambah hingga ke wilayah Andalusia, Spanyol membuat agama Islam menjadi agama yang berkembang pesat di wilayah barat benua Eropa. Perkembangan pesat yang dialami agama Islam, menurut el-Hurr, mendorong seorang Kepala biara Gereja Cluny (Prancis) bernama Petrus Agung atau Peter The Venerable untuk menerjemahkan Alquran demi mendapatkan pengetahuan tentang kitab suci umat Islam itu.
Namun amat disayangkan, sebagian besar dari terjemahan Alquran yang dilakukan ke dalam berbagai bahasa Eropa ini jauh dari kebenaran dan hakikat yang sesungguhnya terkandung dalam teks asli Alquran. Dalam kitab Tarikh Harakat al-Istisyraq dipaparkan bahwa Abraham Hanclemann (1652-1692), seorang pendeta di Hamburg, misalnya, telah menerjemahkan redaksi Alquran tanpa menyertakan penjelasan apa pun.
Penyebaran kitab (terjemahan) ini sama sekali bukan karena tendensi agama, melainkan sekadar mempelajari bahasa Arab, selain (mempelajari) titik-titik kelemahan Alquran melalui media terjemahan ini dapat kita ungkap,” demikian alasan yang pernah disampaikan oleh Hanclemann.
Sementara itu, terjemahan Alquran berbahasa Latin yang dibuat oleh Petrus Agung bersama Robertus Ketenensis dan muridnya Hermannus Dalmatin hampir empat abad lamanya tidak diizinkan oleh pihak gereja untuk dicetak di luar gereja.
Salinan terjemahan tersebut hanya boleh dimiliki dan dipelajari oleh pihak gereja dengan alasan supaya umat Kristen tidak mempunyai kesempatan mempelajari Alquran terjemahan tersebut hingga tidak akan ada penganut Kristen yang murtad dari agamanya.
Di samping itu, dengan penerjemahan tersebut para pemuka ulama Kristen mampu mengungkap sisi kelemahan Alquran. Hal ini diharapkan akan memperkuat keimanan umat Kristen dalam menghadapi dakwah agama Islam.
Lain halnya dengan Louis (Ludovico) Maracci, seorang pastur berkebangsaan Italia, yang menerbitkan terjemahan Alquran dalam bahasa Latin dengan dilengkapi teks Arab dan beberapa nukilan dari berbagai tafsir Alquran dalam bahasa Arab pada 1689.
Ia sengaja menyusun karyanya sedemikian rupa untuk memberikan kesan yang buruk tentang Islam. Sosok Maracci sendiri dikenal sebagai orang yang pandai dalam menerjemahkan Alquran, namun dengan tujuan untuk menjelek-jelekkan Islam di kalangan masyarakat Eropa, dengan mengambil pendapat-pendapat ulama-ulama Islam sendiri yang menurut pendapatnya menunjukkaan kerendahan Islam.
Maracci adalah seorang Roma Katolik dan terjemahannya itu dipersembahkan kepada penguasa Kekaisaran Romawi. Pada terjemahannya itu diberi kata pengantar yang isinya adalah seperti apa yang ia katakan sebagai sebuah bantahan terhadap Alquran