REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Karman
Setiap orang beriman pasti mendambakan kebaikan dunia dan akhirat. Setiap setelah shalat ataupun di banyak kesempatan lainnya, kita selalu memanjatkan doa, "Ya, Tuhan Kami berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat. Dan peliharalah kami dari api neraka." (QS al-Baqarah [2]: 201).
Rasulullah SAW memberi petunjuk praktis untuk merealisasikan doa di atas dalam hadis, "Empat perkara yang apabila diberikan kepada seseorang maka sungguh dia telah mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat: Pertama, hati yang senantiasa bersyukur. Kedua, lisan yang senantiasa berzikir. Ketiga, tubuh yang bersabar ketika mendapat cobaan, dan Keempat, istri yang berusaha tidak berkhianat pada dirinya dan harta suaminya." (HR Thabrany).
Pertama, menurut Imam al-Ghazaly, hati yang bersyukur adalah hati yang senantiasa menerima setiap pemberian Allah SWT dengan penuh kegembiraan. Sekecil apa pun pemberian-Nya diterima dengan penuh kebahagiaan dan dianggap sebagai nikmat. Orang yang hatinya selalu bersyukur tidak akan bersedih dan berkeluh kesah, ketika mendapat nikmat sekalipun kecil dan tidak sesuai dengan ekspektasinya.
Perasaan gembira dan bahagia ketika mendapat nikmat akan mendatangkan kebaikan dunia dan akhirat dalam bentuk berkah (tambahan kebaikan). "Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih'."(QS Ibrahim [14]: 7).
Kedua, lisan yang berzikir merupakan ekspresi keimanan dan rasa syukur kepada Allah SWT. Bentuknya beragam, bisa tahmid, tahlil, takbir, tasbih, atau membaca Alquran. Apa pun bentuknya, yang pasti zikir kepada Allah merupakan salah satu amalan yang dapat mendatangkan ketenangan jiwa. "(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram." (QS ar-Ra'd [13]: 28). Ketenangan jiwa inilah yang akan mendatangkan kebaikan, baik dunia maupun akhirat.
Ketiga, cobaan terhadap tubuh dapat berupa penyakit atau kesulitan lainnya. Orang beriman akan senantiasa bersabar ketika ditimpa kesulitan atau penyakit, sebab ia tahu bahwa bersamaan dengan semua itu ada kecintaan dan kebaikan Allah SWT. "Sungguh, jika Allah mencintai suatu kaum, Dia akan menimpakan ujian untuk mereka. Barang siapa yang ridha, maka ia yang akan meraih ridha Allah. Barang siapa siapa yang tidak suka, Allah pun akan murka." (HR Ibnu Majah ).
Keempat, salah satu ciri istri salehah adalah mampu memelihara diri dan harta suaminya. Ia akan senantiasa taat kepada suaminya dan berusaha membuatnya senang dan bahagia. Ia juga akan senantiasa menggunakan harta yang dikuasainya untuk mendorong suaminya lebih saleh. "Wanita (istri) salehah adalah yang taat lagi memelihara diri, ketika suaminya tidak ada karena Allah telah memelihara mereka." (an-Nisa: 34).
Ayat di atas diperkuat hadis Nabi SAW, "Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki, yaitu istri salehah yang bila dipandang akan menyenangkannya, bila diperintah akan menaatinya dan bila ia pergi akan menjaga dirinya." (HR Abu Dawud). Memiliki istri seperti itu merupakan berkah dari Allah SWT dan tentu akan mendatangkan kebaikan dunia dan akhirat. Wallahu a'lam. n