Senin 29 Apr 2019 23:38 WIB

Nabi Muhammad SAW dan 'Mutiara-mutiara' Kebanggaannya (1)

Di antara mereka adalah Khadijah dan Aisyah

Rasulullah
Foto: Pixabay
Rasulullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --

Kedatangan Islam di bumi Arab 14 abad silam tidak saja telah mengakhiri masa jahiliah, tapi juga mendorong tumbuhnya emansipasi perempuan. Pada masa Islam, perempuan mendapat hak yang sama dalam hal pemikiran serta peranan. Bahkan, dengan gagah, tak sedikit dari mereka terjun ke medan perang.

Baca Juga

Kiprah mereka menjadi sumbangan penting bagi kemenangan Islam, yang pada akhirnya mendorong masyarakat berduyun-duyun masuk Islam. Kontribusi itu pun datang dari perempuan-perempuan terdekat Rasulullah Muhammad SAW.

Khadijah binti Khuwailid, misalnya. Dia adalah istri Rasulullah yang pertama sekaligus orang pertama yang masuk Islam. Ia merupakan seorang janda dan saudagar yang kaya saat Rasulullah menikahinya.

Selama mendampingi sang Rasul, Khadijah mengorbankan seluruh harta bendanya untuk berjihad dan membiayai perjuangan suaminya dalam menyiarkan Islam.

Rasulullah begitu mencintai Khadijah sehingga beliau begitu kehilangan saat sang istrinya itu wafat, yakni tiga tahun sebelum peristiwa hijrah ke Madinah. Perempuan yang dinikahi Rasulullah setelah Khadijah wafat, yakni Aisyah binti Abi Bakr, dikisahkan kerap menaruh perasaan cemburu karena Rasulullah gemar membicarakan Khadijah dengan berbagai pujian.

Saat Aisyah memberanikan diri untuk menanyakan perihal itu, Rasulullah menjawab, “Aku belum menemukan seorang istri yang lebih baik darinya (Khadijah). Ia beriman padaku ketika semua orang, bahkan anggota keluarga dan sukuku sendiri tidak percaya, dan menerima bahwa aku benar-benar seorang nabi dan rasul Allah.

Ia masuk Islam, merelakan semua kekayaan dan hal-hal duniawinya untuk membantuku menyebarkan kepercayaan ini, termasuk saat seluruh dunia berbalik melawan dan menganiayaku. Selain itu, melaluinya Allah memberkatiku dengan anak-anak.”

Selain Khadijah, ada pula Aisyah binti Abu Bakar. Dialah perempuan yang dinikahi Rasulullah saat berusia sembilan tahun. Ia dikenal sebagai sosok perempuan cerdas yang banyak menyumbangkan pemikiran bagi kemajuan ilmu pengetahuan Islam.

Ia melalui hari-harinya dengan siraman ilmu dari Rasulullah, sehingga Aisyah tumbuh menjadi tokoh Muslimah yang memiliki wawasan keilmuan sangat luas. Ia, misalnya, dikenal sebagai tokoh wanita yang mumpuni dalam persoalan faraid (ilmu waris) serta hukum halal dan haram. Ia juga merupakan salah satu perawi hadis yang utama nan tepercaya.

Urwah bin Zubair (putra Asma, saudara perempuan Aisyah) berkata, “Saya tidak menemukan orang yang lebih pandai dalam masalah peradilan dan pembicaraan tentang jahiliah, serta tidak ada pula yang lebih sering meriwayatkan syair, lebih pandai dalam masalah faraid dan pengobatan (kedokteran) selain Aisyah.”

Karena kecerdasan Aisyah itu, Rasulullah menjadikannya juru berita dalam banyak hal mengenai persoalan agama. Hal itu karena keterangan yang diberikannya selalu dapat diterima dan memuaskan banyak orang.

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement