REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin melantik enam orang pimpinan untuk masing-masing perguruan tinggi keagamaan Islam negeri (PTKIN). Prosesi pelantikan itu digelar di kantor Kementerian Agama (Kemenag), Jakarta, Kamis (25/4).
Turut hadir antara lain Sekretaris Jenderal Kemenag M Nur Kholis Setiawan dan Dirjen Pendidikan Islam Kamaruddin Amin. Dalam pemaparannya, Menag meminta kepada seluruh pejabat agar senantiasa menjaga amanah, integritas serta menjauhi segala tindakan yang dapat menggerus kepercayaan publik. Apalagi, belakangan ini Kemenag mendapatkan sorotan dari masyarakat sesudah merebaknya kasus dugaan jual-beli jabatan.
“Jangan biarkan kondisi di mana sebagian diantara kita bersusah-payah membangun dan menjaga kepercayaan publik terhadap Kementerian Agama, sebagian yang lain justru meruntuhkannya, baik karena penyimpangan maupun akibat kinerja yang rendah,” ujar Menag Lukman Hakim Saifuddin dalam keterangan yang diterima Republika.co.id, Kamis (25/4).
Kepada Rektor dan Ketua PTKIN yang baru dilantik, Menag berpesan agar mengembangkan spesialisasi ilmu-ilmu agama. Ini agar perguruan tinggi dapat menghasilkan sarjana yang mampu menjalankan tugas dan tanggung jawab membangun umat dan memajukan bangsa.
Jika PTKIN sekarang ini mengembangkan spesialisasi keilmuan di luar ilmu keagamaan murni, maka hal itu tetap diatas pangkuan nilai nilai keagamaan. Pimpinan PTKIN diharap dapat menjaga prestasi dan prestise institusi pendidikan tinggi.
”Perguruan Tinggi Keagamaan harus menjadi garda terdepan dalam memberikan pencerahan kepada masyarakat, termasuk menanamkan nilai nilai kejujuran dan kebenaran kepada generasi penerus,” lanjutnya.
Menag juga menegaskan agar pengelolaan PTKIN dilakukan secara profesional, transparan, akuntabel, dan berorientasi kepada pelayanan. Pelayanan ini diberikan kepada pemangku kepentingan, terutama dosen, mahasiswa, karyawan, orangtua atau wali mahasiswa dan lainnya.
Para Pimpinan PTKN harus berupaya menumbuhkembangkan iklim kampus yang kondusif, steril dari kepentingan politik praktis. Juga mengasah mental keilmuan bagi seluruh mahasiswa dan dosen.
Ia juga meminta agar PTKN memiliki peran dan andil dalam membangun generasi yang peduli literasi. Kepada PTKN ia meminta program penguatan literasi keilmuan agar menjadi prioritas, termasuk literasi mengenai ideologi kebangsaan.