REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Bernama lengkap Nasir al-Din Abu Ja’far Muhammad Ibn Muhammad Ibn al-Hasan Mu hammad Ibn Muhammad bin Hasan Abu Bakr al-Tusi, cendekiawan yang hidup pada 1201 hingga 1274 M ini adalah seorang ahli matematika dan filsafat yang telah banyak menulis buku dalam berbagai bidang ilmu, seperti astronomi, matematika, farmasi, musik, logika, psikologi, filsafat, sastra, geografi, dan teologi.
Al-Tusi lahir di Kota Tus, Provinsi Khurasan, Persia (Iran). Ia menghabiskan masa kecilnya dengan menggali ilmu dari ayahnya. Al-Tusi juga belajar matematika dari cendekiawan yang terkenal ketika itu, yakni Kamal al-Din Muhammad Hasib, dan belajar logaritma, logika, fisafat, dan pengetahuan lainnya dari Abu al-Hasan Bahmanyar ibn Marzuban A’jami Adarbayijani yang merupakan cendekiawan asal Azerbaijan dan merupakan murid dari Ibn Sina.
Al-Tusi memang sejak kecil adalah sosok yang haus akan ilmu, berpikiran bebas, namun bijaksana, memiliki imajinasi yang tinggi, dan ingatan yang tajam. Pascamenyelesaikan pendidikannya, al-Tusi pergi ke Kuhistan atas undangan Nasir Muhtasham, gubernur Dinasti Ismaili dan seorang bangsawan yang dihormati.
Namun, hubungan keduanya memburuk hingga al-Tusi berada di bawah pengawasan Istana Alamut, Ismaili, selama 22 tahun. Walaupun hidup dengan berat, al-Tusi banyak menghasil kan karya gemilang dalam bi dang astronomi, filsafat, logika, dan sains.
Pada 1256 M, ketika Ismaili di serang oleh Hulagu Khan, al-Tusi mendapatkan kembali kebebasannya. Ia bahkan diangkat menjadi penasihat Pemerintahan Mongol. Dua tahun kemudian, al- Tusi mendapatkan izin dari Hulagu untuk membangun observatorium astronomi terbesar di du nia Islam, Observatorium Maragha, yang selesai dibangun pada 1259 M. Al-Tusi tetap berada di bawah rezim Abaka Khan, penerus Hulagu Khan, hingga ia wafat pada 1274 M.
Al-Tusi adalah figur cendekiawan dalam tradisi keilmuan Islam yang memberikan kontribusi yang besar dalam sejarah. Ia ada lah salah satu penulis produktif pada zaman Islam periode per tengahan. Ia telah menulis buku berbahasa Persia dan Arab lebih dari 150 judul, menulis tentang agama dan bidang keilmuan lainnya. Ia cendekiawan termasyhur pada masa Ottoman (Turki Usmani). Buku-buku nya banyak tersebar di perpustakaan Ottoman dan dijadikan rujukan pengajaran di madrasah.
Karyanya banyak di gu nakan dan dialihbahasakan menjadi bahasa Turki oleh banyak cende kia wan Ottoman. Karyakaryanya berupa anotasi dan buku, disalin, dialihbahasakan, dan dicetak. Termasuk pula, karya tentang Observatorium Maragha yang disalin dan direvisi oleh Taqi al-Din Rasid di Istanbul pada akhir abad ke-16 M. Hal ini menunjukkan, al-Tusi tidak hanya memengaruhi keilmuan pada periode Ottoman, tetapi juga turut mengembangkan astronomi pada zamannya.