REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bangunan lain yang menjadi bukti kemajuan seni arsitektur Islam di Yerusalem, yaitu Masjidil Aqsa. Inilah masjid besar berkubah hijau lumut yang berada di dalam kompleks suci Haram asy-Syarif.
Umat Islam meyakini Rasulullah SAW diangkat ke Sidratul Muntaha dari tempat ini dalam peristiwa Isra Mi’raj. Tempat ini pun pernah menjadi kiblat umat Islam sebelum Rasulullah SAW memindahkan arah kiblat ke Ka’bah di Masjidil Haram, Makkah.
Masjidil Aqsa dibangun pada 709-715 Masehi oleh Khalifah Abdul Malik dari Dinasti Umayyah. Oleh sang pendiri, masjid ini didedikasikan untuk sosok muazin pertama dalam sejarah Islam, Bilal bin Rabah.
Bangunan suci tersebut mengalami beberapa kali pemugaran. Sejumlah hal mendorong dilakukannya pemugaran itu, antara lain, gempa bumi dan konflik keagamaan yang berulang kali terjadi di kompleks Haram asy-Syarif.
Misalnya, ketika berada di bawah kendali Tentara Salib, masjid ini sempat diubah menjadi gereja bernama Kuil Sulaiman. Bahkan, sebagian area Masjidil Aqsa pernah disulap menjadi kandang kuda. Keadaan buruk ini terus terjadi hingga 1187 Masehi, yaitu ketika Sultan Salahuddin al-Ayyubi membebaskan Yerusalem.
Masjidil Aqsa memiliki sembilan pintu masuk. Tujuh di antaranya berada di sisi utara. Sedangkan, satu pintu ada di sisi timur dan satu lagi di sisi barat. Semua pintu tersebut berhiaskan pilar-pilar tinggi nan anggun. Pintu masuk di bagian utara masjid mengarah ke tujuh lorong. Terdapat 45 pilar di dalam Masjidil Aqsa. Dua belas di antaranya terbuat dari batu hitam dan sisanya terbuat dari marmer mulus berwarna putih.
Selain itu, jalan masuk utama menuju lorong pusat masjid dilengkapi atap berlengkung menawan serta mihrab yang elegan. Pada dinding masjid, terpasang 121 jendela kaca berwarna yang bercorak geometris. Tergurat pula di sana, kaligrafi ayat-ayat suci Alquran yang sebagian besar menceritakan kesucian Yerusalem. Cahaya matahari dan angin gurun menerobos ke dalam masjid melalui celah-celah jendela. Selain cahaya matahari, sumber penerangan lain dalam masjid ini berasal lampu-lampu kristal yang bergelantungan.
Adapun yang sangat terkenal dari desain arsitektur Masjidil Aqsa, yaitu kubah besar berwarna hijau lumut. Kubah inilah yang membedakan Masjidil Aqsa dengan Kubah Batu. Tampilan terkini dari kubah hijau lumut itu merupakan hasil dari sejumlah renovasi yang terakhir dilakukan pada 1969. Kubah itu terbuat dari struktur beton yang dilapisi aluminium.
Pada bagian dalam kubah ini berhiaskan mozaik bercorak sulur anggur dan tetumbuhan. Hiasan ini tampak saling berkelip dan begitu rumit namun sangat indah. Marmer pada bagian dalam kubah sudah berusia tua karena telah ada sejak abad ke-14 Masehi. Mozaik di atas lorong bagian tengah dan di sekitar lingkaran kubah bahkan berusia lebih tua lagi, yaitu sejak 1035 Masehi.
Sang pembebas Yerusalem, Sultan Salahuddin al-Ayyubi, tercatat menyumbang sebuah mimbar yang terbuat dari kayu terbaik untuk masjid ini. Hal itu bertepatan dengan perayaan kemenangan Tentara Islam atas Tentara Salib. Tragisnya, mimbar bersejarah itu dibakar dalam sebuah serangan terhadap Masjidil Aqsa pada 21 Agustus 1969. Peristiwa kelam inilah yang menjadi pendorong berdirinya Organisasi Konferensi Islam (OKI) pada 25 September 1969.
Meski telah melewati rentang sejarah yang amat panjang, Masjidil Aqsa tetap berdiri kokoh hingga saat ini. Di dalamnya, jamaah atau pengunjung dapat merasakan kekhusyukan beribadah dan kedamaian spiritual.