REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kubah Batu sering kali disebut sebagai Masjid Umar. Sebutan itu sebenarnya kurang tepat karena Khalifah Umar bin Khattab semata-mata mengunjungi, bukan membangun Kubah Batu. Saat Khalifah Umar berkunjung, wilayah Yerusalem berada di bawah kekuasaan umat Islam.
Dalam kunjungan tersebut Khalifah menjumpai fondasi rumah ibadah Nabi Sulaiman AS, yakni situs batu besar tersebut penuh puing dan reruntuhan. Kondisi itu merupakan akibat dari sentimen penduduk Kristen Yerusalem terhadap kaum Yahudi.
Melihat kondisi menyedihkan itu serta karena mengetahui bahwa situs batu tersebut tak lain merupakan tempat singgah Rasulullah SAW ketika Isra Mi’raj, Khalifah Umar kemudian memerintahkan untuk dibersihkan.
Bahkan, sahabat bergelar al-Faruq itu turut bahu-membahu bersama pasukannya menyingkirkan puing di sekitar batu tersebut. Setelah itu, khalifah karismatik ini membangun sebuah masjid sederhana berbahan dasar kayu di sekitar tempat itu.
Sebagian orang juga salah mengartikan Kubah Batu sebagai Masjidil Aqsa. Memang, Masjidil Aqsa berlokasi cukup dekat dengan Kubah Batu. Namun, kubah Masjidil Aqsa berwarna hijau lumut, bukan keemasan seperti Kubah Batu.