Senin 22 Apr 2019 13:31 WIB

PP KAMMI Kecam Insiden Bom di Sri Lanka

KAMMI meminta aksi terorisme tak dikaitkan dengan agama

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Hasanul Rizqa
 Petugas kepolisian Sri Lanka membuka jalan ketika sebuah mobil ambulans melaju dengan membawa korban ledakan Gereja di Kolombo, Sri Lanka, Ahad (21/4/2019).
Foto: AP/ Eranga Jayawardena
Petugas kepolisian Sri Lanka membuka jalan ketika sebuah mobil ambulans melaju dengan membawa korban ledakan Gereja di Kolombo, Sri Lanka, Ahad (21/4/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Pusat Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) mengutuk keras aksi teror bom yang terjadi di Kolombo, Sri Lanka, Ahad (21/4). KAMMI menegaskan, aksi para pelaku tidak semestinya dikait-kaitkan dengan agama manapun, termasuk Islam.

"Kami percaya, siapapun yang melakukan tindakan keji seperti itu, tidak ada kaitannya dengan ajaran agama, terutama Islam," kata Ketua Umum PP KAMMI Irfan Ahmad Fauzi kepada Republika.co.id, Senin (22/4).

Baca Juga

Irfan mengatakan, insiden bom yang meledak di Sri Lanka merupakan salah satu tragedi kemanusiaan tahun ini. Untuk itu, semua pihak mengecamnya. KAMMI berharap, para pelaku yang telah menewaskan lebih dari 200 orang itu segera ditangkap dan diadili sesuai aturan yang berlaku.

Irfan meneruskan, pihaknya juga berharap otoritas setempat dapat menguak motif pelaku terori tersebut. Misalnya, apakah aksi mereka berkaitan dengan jaringan internasional atau tidak.

Sementara, Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri PP KAMMI Ibadurrahman menyampaikan, pihaknya turut berduka cita atas tragedi tersebut. Masyarakat internasional, lanjut dia, perlu bersama-sama melawan narasi aksi teror seperti itu. Sebab, agama manapun melarang tindakan keji atas insan yang tak bersalah.

Sebagai contoh, agama Islam. Ajaran Nabi Muhammad SAW melarang umatnya untuk berlaku semena-mena, bahkan dalam perang sekalipun. Islam melarang untuk merusak tempat ibadah umat lain.

"Bahkan di dalam perang sekalipun agama Islam sangat melarang untuk merusak tempat ibadah agama Nasrani dan Yahudi, saya tidak paham pemikiran seperti apa yang dianut oleh para pelaku pengeboman tersebut," ujarnya.

Setidaknya, sebanyak 290 orang dikabarkan meninggal dunia, sedangkan lima ratus orang luka-luka akibat aksi terorisme di Kolombo, Sri Lanka, kemarin. Ledakan itu terjadi ketika umat Kristiani setempat sedang merayakan Hari Paskah.Dari delapan serangan bom yang terjadi, enam di antaranya terjadi dalam waktu hampir bersamaan.

Ledakan pertama dan yang paling dahsyat terjadi di Gereja St Sebastian, Negombo, sekitar pukul 08.45 waktu setempat. Melansir Reuters, secara total ada delapan serangan pada kemarin yang diduga sudah terkoordinasi.Tiga ledakan terjadi di Gereja, empat di hotel, satu di sebuah masjid di dsitrik Puttalum di barat laut, serta serangan pembakaran di dua toko milik Muslim di distrik Kalutara bagian barat.

Dari total populasi Sri Lanka sekitar 22 juta, 70 persen beragama Budha, 12,6 persen Hindu, 9,7 persen Muslim dan 7,6 persen Kristen, menurut sensus negara 2012.Pada Februari-Maret tahun lalu, terdapat serangkaian bentrokan agama antara umat Buddha Sinhala dan Muslim di kota Ampara dan Kandy.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement